Minggu, 23 Maret 2014

Suatu Senja di Blackbone Coffee

Siluet.

Senja itu, sepulang dari kantor saya telah berjanji untuk menemui Sekar, aktivis di Komunitas Postcrossing Indonesia. Tempat yang ia pilih adalah Blackbone Coffee di kawasan Jalan Kaliurang, Yogyakarta. Mengunjungi culinary spot seperti kafe menjadi kegembiraan tersendiri bagi saya. Bukan hanya untuk mencicipi sajiannya, melainkan mengeksplorasi kedalaman arsitekturalnya. Setiap tempat memiliki ciri khas masing-masing.

The Coffee Evolution. Welcome area dan mini bar.
Salah satu sudut yang tampak sangat rustic.

Seperti halnya warna kopi, Blackbone Coffee mengambil beberapa warna yang mencirikan kopi yaitu hitam pada papan-papannya dan cokelat muda pada bangku-bangkunya. Secara keseluruhan terasa sekali tema rustic-nya, termasuk pada desain daftar menunya –yang dapat dibawa pulang dan disimpan. Menyenangkan berada di dalamnya.

Daftar menu.

Sekar bertanya, “Mengapa ya, mereka memilih desain jadul begini?”
Juno yang juga turut hadir pun menimpali bahwa setiap style memiliki siklus. Suatu saat desain yang dahulu pernah ada lalu surut, akan kembali menjadi tren.

Saya melongok, merasakan ruang yang tidak terlampau luas itu. Dan sepasang mata saya kemudian tertumbuk pada pintu toilet yang terletak di sudut. Di bawah room tag TOILET, tertulis kecil namun terbaca cukup jelas: Have a Nice Pee. Sontak saya memberitakan kepada dua kawan saya. Kami tersenyum sebelum melanjutkan mengobrol, hal yang tidak lazim dalam perjalanan toiletteries kami sepertinya.

Toilet tag.

Tiga cangkir Cappucino dan semangkuk Cube Cassava menjadi teman bercakap kami sesorean menjelang malam itu. Mengenang Cube Cassava melemparkan ingatan pada bebelas tahun yang lalu, makanan ringan semasa kanak-kanak yang akrab dengan sebutan: balok. Bukan balok kayu atau balok es, melainkan balok ketela mungil. Sesederhana itulah kami bertutur, balok yang dahulu terasa begitu keras, kini lunak.

Setengah isi setengah kosong, Cappucino.
Cappucino sudah tandas, lekas berkemas.

Sebelum beranjak, saya izin ke toilet sejenak. Sekaligus ingin memotret toilet tag. Di dalam toilet saya menemukan objek menarik yang lain, semacam memo di dekat tombol flushing. Asal saja saya potret dan keluar. Sesampai di rumah, baru saya simak baik-baik catatan-asal-potret itu. Saya tertawa.

Kreatif itu mahal.

Demikianlah. Terima kasih Sekar, terima kasih Juno untuk perjumpaannya kembali.

Sampai jumpa.