Selasa, 25 Desember 2012

Selamat Pagi, Ibukota!

Dear readers,
Sudah lama sekali rasanya absen dari rumah ini. Dengan irama kehidupan  baru yang mulai saya jalani hampir sebulan lalu, yang berbeda dengan sebelumnya, tak terasa ternyata membawa energi yang berbeda pula dalam minat berkunjung ke halaman ini. Mungkin ini yang kata orang adalah "proses adaptasi". :)
Saya sekarang di tepian ibukota sebelah barat daya. Tentunya dengan julukan kota metropolitan yang menyimpan segudang kompleksitas dan keberadaan kota-kota penyangga ibukota memberikan perspektif yang berbeda bagi saya. Saya tidak lagi menjumpai sapaan ibu, bapak, atau adik-adik saya setiap hari, secara langsung. Saya tidak lagi menemui pertanyaan, "Mau ke mana?" yang diucapkan bapak setiap kali saya akan keluar rumah dan "Pulang kapan?" yang dituliskan ibu melalui pesan singkat setiap kali saya belum juga pulang padahal malam sudah beranjak. Dan saya tidak lagi mempunyai kebiasaan menghabiskan makan adik saya tiap kali tidak habis. Mungkin terkadang saya rindu mereka, tetapi ini sudah ketetapan pilihan saya yang sudah didukung mereka. Mari berjuang!
Sekarang saya harus mandiri. Saya harus memiliki manajemen sendiri untuk kehidupan keseharian saya. Saya harus bertanggung jawab terhadap diri saya sendiri. Saya harus memimpin diri saya sendiri. Beberapa hari yang lalu saya sempat membaca sebaris kalimat di status Facebook teman (yang maaf saya lupa itu siapa): Bagaimana seseorang akan memimpin orang lain, jika memimpin diri sendiri saja tidak bisa? Di sini tidak ada orang-orang terdekat yang akan mengingatkan saya secara langsung. Di sini saya lepas dari zona nyaman yang sekian tahun telah saya reguk.
Saya tidak lagi menemui embun yang segar di pucuk-pucuk hijaunya daun setiap pagi. Juga tentang hujan yang aromanya seringkali begitu lekat bersama udara yang menyusup di pipa-pipa pernafasan. Lenguh kerbau di petak sawah depan rumah, suara bebek di belakang rumah, jangkrik yang mengerik setiap malam, burung yang berkicau di tingginya pepohonan di samping rumah, telah berganti dengan suara kendaraan yang tidak pernah usai berlalu-lalang, hingar bingar musik dari ruang tetangga, atau gergaji dan kayu dari para tukang. Mungkin saya juga akan rindu ikan cupang dan dua hamster peliharaan saya dan adik-adik.
Tetapi bukan perjuangan jika tanpa pengorbanan bukan? Saya mencoba menyadari dan berusaha belajar meyakini itu. Dengan beragam karakter dan logat bahasa yang saya jumpai, membuktikan kekayaan entitas ibu pertiwi. Dengan jalanan yang seakan tidak memberi ruang bagi pejalan kaki, membuncahkan kesabaran berlipat. Dengan pola budaya yang baru, semoga saya belajar lebih dewasa menyikapi hidup ini.
Ketika kebanyakan orang di kampung sana bilang, "Ke Jakarta adalah kebanggaan," saya ingin bilang: Ke Jakarta adalah perjuangan besar! :) 
Selamat pagi, ibukota!
Salam,
Rofida Amalia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar