Rabu, 09 November 2011

Momen yang Kian Dekat

09 November 2011

Hari ini adalah hari yang paling menentukan dalam sejarah perkuliahan strata satuku. Tiba-tiba siang ini koordinator studio periode 124 masuk ruangan studio akhir dengan membawa beberapa lembar kertas. Yap, waktunya telah tiba. Pengumuman dosen penguji tugas akhir.

Urutan pertama, namaku, dosen penguji pertama xxx, dosen penguji kedua xxx. Alhamdulillah, kedua dosen ini bukanlah dosen yang cukup ditakuti mahasiswa. Sambut saja hari itu dengan senyum membuncah. Yeah, I'm happy...

Bergegas melayangkan pesan singkat kepada ibunda, dan segera pula doa dan restu mengalun menemuiku.
Bismillahirrahmanirrahim... Mudahkanlah perjalanan ini, ya rabb...:)

Jumat, 04 November 2011

Ayah

Pekan lalu saya kembali melancong ke salah satu surga dunia (bagi saya) yaitu toko buku. Kebetulan saat itu sedang ada fair sehingga terdapat buku-buku yang dibanderol harga jauh lebih murah. Beberapa buku langsung saya pilih, salah satunya adalah Kumpulan Puisi Namaku Perempuan. Buku tersebut berisi karya-karya sajak dari lima perempuan yaitu Ratih Sanggarwaty, Nungky Irma Nurmala, Nani Tanjung, Lintang Sugiarto, dan Srikandi Hakim.

Dan salah satu puisi yang paling berkesan adalah puisi karya Ratih Sanggarwaty tentang ayah. Momen ini sangat tepat dengan suasana saat bapak harus berangkat ke Makkah-Madinah selama lebih dari satu bulan.

ayah, kuingat ketika kau menungguiku lahir
kau mendampingi ibu
dalam bertaruh nyawa
kau seka peluh ibu
dan membisikkan kata "I Love You" di telinga ibu


dan ketika aku lahir
kau begitu bangga menjadi ayah
untuk pertama kalinya
kau lafazkan azan di telingaku
pada saat itulah aku menjadi Islam
karenamu, ayah


dan kini, ayah
aku telah baligh
kemarin aku terpana menatap diriku di cermin
inikah si bayi yang lucu dulu?
inikah si bayi yang sekarang telah sempurna menjadi perempuan
yang rahimnya telah siap menerima tugas suci
meneruskan tugas kehidupan
melahirkan khalifah-khalifah di bumi


dan pelan kuambil kain segiempat
kututupkan pada aurat rambut dan leherku
agar terjaga martabatku
agar sempurna keshalihanku
agar aku luput dari siksa kubur
agar doaku untukmu setiap malam
naik ke Arsy Allah


dan kau dimuliakan oleh-Nya
di dunia dan akhirat
karena kaulah yang pertama menjadikanku Islam
dengan kalimat syahadat dan azanmu
ketika ku lahir dulu


ya, kaulah yang berhak mulia di mata Allah, ayah...


puisi ini sempat menitikkan kristal-kristal bening kala ingat perpisahan yang cukup romantis nan melankolis jelang subuh itu