Rabu, 21 September 2011

Tentang Perjalanan

infokito.wordpress.com
“Mungkin sebuah kebetulan ketika pada akhirnya saya bekerja sebagai arsitek.”

Saya terhenyak begitu membaca kalimat pertama pada lembar pengantar buku Arsitektur untuk Kemanusiaan dari maestro arsitektur kontekstual dan lokalitas dari Yogyakarta, Eko Prawoto.

“Sejauh ingatan saya hal ini seperti mengalir begitu saja seolah tanpa direncana. Seperti aliran sungai di tengah hutan. Ada antusiasme dalam derasnya arus kecilnya namun pada saat yang bersamaan ada begitu banyak kelokan tersembunyi dalam relung-relung bebatuan serta ketidakpastian alur pusaran yang dilewatinya. Namun gemericik kilauan serta kesejukannya dengan setia disandangnya. Adakah kemampuan manusia untuk menentukan garis hidupnya sendiri?”

Lalu saya teringat perjalanan saya hingga sampai di pulau ilmu bernama arsitektur. Perjalanan ini juga terjadi begitu saja. Mengalir laksana air meski sebelumnya saya sempat mendambakan hidup di pulau ini. Namun impian menjadi arsitek bukanlah angan-angan yang menggebu-nggebu. Bukan selayaknya obsesi di garda depan. Di ujung perjalanan putih abu-abu, saya pun mulai berpaling pada pulau ilmu yang lain, yang sangat berseberangan dengan seni, khususnya rancang bangun tentu saja. Tapi toh pada akhirnya Tuhan menggariskan bahwa jalan saya adalah berlayar menuju pulau estetika bangunan.

Empat tahun telah saya lalui dengan hidup di pulau ilmu ini. Beragam suka dan duka silih berganti menerpa seperti angin malam yang berputar lalu menghembus berulang-ulang. Perjuangan ini memang akan segera berakhir namun perjuangan dan kerja keras ini bukan tanpa akhir. Saya sadar sepenuhnya bahwa ilmu yang saya dapatkan belum cukup mumpuni untuk melongok ke dunia nyata, hakikat kehidupan yang sesungguhnya. Saya masih harus dan terus belajar, menguak gudang-gudang ilmu, merapal aksara-aksara, menyimak perbincangan-perbincangan.

Kenyataan maha penting yang kemudian saya sadari adalah saya akan segera ditasbihkan menjadi lulusan arsitektur. Tapi apakah hati saya benar-benar telah bersandar --tak sekedar tertambat-- di bahu arsitektur? Saya masih ingin mencari jawabannya…:)

“Perjalanan menjadi arsitek adalah perjalanan pencarian, proses belajar yang terus menerus, serta pergumulan untuk mewujudkan yang lebih baik, yang mendatangkan kebaikan bagi lebih banyak orang. Sebuah pencarian yang mungkin tidak akan pernah tuntas selesai, penuh ketidakpastian, gamang, serta ragu namun sebenarnya juga penuh peluang untuk mengungkap semangat daya hidup kreatif. Sehingga serangkaian pergumulan ini bukan berarti perjalanan pencarian yang sia-sia, terlebih jika kita tahu bahwa kita tidak sendirian.“
studio no 5 kala malam memeram kelam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar