Minggu, 24 Juli 2011

Suatu Hari di Muslim Fair 2011

Sabtu, 23 Juli 2011

:) Saya sudah lama menunggu hari ini akan tiba. Emm...tepatnya bukan hari ini tetapi hari seperti ini. Ketika kami (empat sekawan--saya dan tiga sahabat, teman masa bangku putih abu-abu) berkumpul. Dengan diferensiasi jurusan kuliah yang kami pilih, tak ayal memang menerbitkan sejengkal jarak dan waktu yang bagai tabir tak tertembus. Apalagi saya pun telah menancapkan jejak kuliah di kota lain yang notabene jaraknya kurang lebih 80 km.

Pagi menjelang siang, kami berkumpul di suatu kotak kecil, di sudut kampus di Jogja, yang jamak kami sebut basecamp. Sejenak kemudian meluncurlah jiwa-jiwa dan raga-raga ini menuju area fair.

To be honest, saya merasakan seperti menemukan oase yang telah hilang sekian bulan. Kegilaan memburu buku-buku yang telah tercatat di daftar panjang. Sebuah prinsip yang entah tak bisa jua terkikis: saya lebih menyukai memiliki buku itu meskipun saya telah melalap habis isinya. Maka, satu eksemplar Ayat-Ayat Cinta-nya Habiburrahman El Shirazy yang harganya telah miring sekali pun mampir pula ke kasir sebelum masuk ransel di punggung. :o

Sedikit intermezzo, ada beberapa teman yang bertanya mengapa. Kelak saya memimpikan rumah dengan buku sebagai bagian dari elemen interiornya. Seringkali saya membayangkan bagaimana bentuk rupa interior beberapa ruangan dengan jajaran buku di rak sudut atau di atas meja. Terbayang pula kelak nanti terbentuk sebuah ruang semiterbuka yang akan disebut perpustakaan mini (sekaligus sebagai mini-studio). Terpikir pula kelak, buku-buku ini dapat saya wariskan kepada generasi yang akan datang. Belajar dari pengalaman, mencari buku-buku terbitan lama, buku-buku klasik, ternyata sangat-tidak-mudah.

Kembali ke Muslim Fair, bersamaan dengan AAC, saya mencomot Sebelas Patriot dan Madre. Lalu melangkah menuju stand berikutnya dan saya tak bisa menepis tangan-tangan ini menjajari setiap sisi rak yang kebanyakan berisi buku-buku lawas. Susah menemukan buku yang berkualitas untuk ukuran dan minat saya. Hingga kemudian salah satu sahabat saya berkata, "Itu tadi ada Secangkir Teh, ga tau bagus apa ga." Kontan saya menuju barisan rak itu dan betapa terkejutnya saya menjumpai nama Soni Farid Maulana terpampang di sampul buku tersebut. Soni adalah salah satu tokoh sastra, terutama puisi, yang telah menjajari langkah saya berkarya meskipun hanya dengan beberapa puisinya.Larik-larik sajaknya yang banyak berkisah tentang maut terkadang mampu menjerembabkan saya dengan mudahnya.

Jadi, buku berharga yang mampu saya kumpulkan dalam even ini adalah empat buku di atas:
  1. Ayat-Ayat Cinta, Habiburrahman El Shirazy
  2. Madre, Dee
  3. Sebelas Patriot, Andrea Hirata
  4. Secangkir Teh, Soni Farid Maulana
ditambah dengan buku Inspiring Words for Writer-nya Fauzil Adzhim yang kemudian kata sahabat saya merupakan tanda kembalinya saya dari "dunia lain". :) Saya telah meninggalkan dunia menulis selama kurang lebih satu semester dengan absennya saya dari postingan notes di facebook. Dan kini saya merasa saya tak dapat meninggalkan dunia menulis, dunia literasi, dunia kata, dunia sastra. Kini saya telah mendeaktifkan akun facebook, dan di sinilah rumah saya sekarang. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar