Minggu, 10 Juli 2011

Penerapan Arsitektur Hindu-India Selatan pada Monumen Brajasandi di Denpasar, Bali

--oleh-oleh juga dari Perkembangan Arsitektur 1 yang sejenak membuatku katanya 'menggila' dengan topik ini dan nguber-uber dosennya. =))

Just the preface, here...

Kebudayaan Bali menunjukkan perpaduan antara kepercayaan Hindu dan Budha yang dipadukan dengan animisme Austronesia. Nenek moyang bangsa Indonesia tiba dari India Selatan pada 1500 SM yang membawa pengaruh terhadap kebudayaan bangsa Indonesia, antara lain pengaruh Hindu pada masyarakat Bali. (Budihardjo:1995). Penduduk Bali yang beragama Hindu sekitar 95 persen dari total masyarakat Bali sehingga agama Hindu yang telah lama terintegrasikan ke dalam kebudayaan Bali turut menjadi unsur yang memperkuat kebudayaan tersebut sampai dengan masa sekarang.

Periode Klasik Indonesia dimulai dengan berdirinya candi batu dan batu bata yang menaungi lambang dewa-dewa Hindu dan Budha. Bangunan-bangunan tersebut didirikan dengan beberapa tujuan, yaitu sebagai tempat tinggal para bangsawan; tempat upacara umum; dan tempat kegiatan keagamaan. Arsitektur batu tersebut muncul di Indonesia bersamaan dengan rancangan pertama bangunan batu yang dibuat di India. Rancangan bangunan batu pertama dibuat dengan memahat gua sehingga terbentuk bangunan batu sederhana. Bangunan batu periode awal di Indonesia ditunjukkan dengan situs Gua Lawang, Silumbu, dan Abang di dekat Purworejo serta dua gua di Ratu Baka dan sebuah gua kecil di dekat Candi Abang. Sedangkan di India Selatan ditunjukkan dengan Kuil Mahabalipuram. Di kedua wilayah ini bangunan batu paling awal digunakan untuk tujuan keagamaan, salah satunya dengan menempatkan patung suci. (Tjahjono:2002).

Selama periode Klasik di Indonesia, arsitektur berevolusi sebagai reaksi terhadap perubahan agama, politik, dan kecenderungan umum manusia dalam menginginkan perubahan langgam. Namun periodisasi langgam arsitektur yang mengalami perkembangan tidak lantas menenggelamkan langgam-langgam lama. Monumen Brajasandi di Denpasar, Bali secara sepintas memiliki penampilan yang cenderung mengikuti langgam klasik Hindu di India Selatan. Langgam tersebut cenderung mendapat pengaruh dari perkembangan arsitektur di India Selatan sebagai asal mula dan kelahiran agama Hindu. Hal itu diperkuat dengan mayoritas penduduk Bali yang masih menganut agama Hindu dengan kekuatan falsafahnya, termasuk dalam bidang arsitektur.

Keindahan arsitektur di Bali memunculkan karakter tersendiri yang unik. Masyarakatnya masih sangat bangga dengan tradisi nenek moyang, Pengaruh-pengaruh dari luar pun dapat diterima dengan terbuka. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat mereka terjemahkan ke dalam budaya mereka sendiri sehingga karya-karya arsitekturnya merupakan asimilasi dari beberapa langgam seperti Jawa, India, dan China dengan masih tetap berakar pada budaya setempat dan kekuatan magis. (Budihardjo:1995). Monumen Brajasandi merupakan bangunan dengan perpaduan langgam, yaitu langgam Arsitektur Hindu yang dibawa dari India Selatan serta langgam Arsitektur Hindu yang telah bercampur dengan kepercayaan animisme setempat.

Oleh karena itu menelusuri elemen-elemen arsitektur pada bangunan Monumen Brajasandi yang berfungsi modern namun mencirikan langgam Arsitektur Hindu-India Selatan yang disesuaikan dengan langgam setempat, yaitu langgam tradisional Bali, menarik untuk dibahas. Pengaruh dan budaya dari bangsa lain seperti India Selatan, ternyata menjadi sebuah keunikan tersendiri ketika berada di luar wilayah asal kebudayaan tersebut seperti Indonesia. Dengan mengetahui elemen-elemen arsitektur yang diterapkan pada Monumen Brajasandi, maka dapatlah diketahui desain bangunan yang memiliki keunikan tersendiri.

Selengkapnya download di sini yaa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar