Selasa, 19 Juli 2011

Keydo, Mata Air yang Terjaga


wahai burung hitam yang bernyanyi tengah malam
ambillah sayap patah ini, dan belajarlah untuk terbang
sepanjang hidupmu… hanya menunggu saatnya kan tiba

wahai burung hitam yang bernyanyi di tengah malam
ambillah mata cekung ini, dan belajarlah untuk melihat
sepanjang hidupmu kau hanya menunggu saatnya kebebasan kan tiba

terbanglah burung hitam… terbanglah, terbang
ke cahaya hitam di gelapnya  malam

blackbird fly… blackbird fly.
into the light of the dark black night

Kisah Keydo dan Kinang membuat saya termenung sejenak, sesaat dada sesak menahan tetes bening yang ingin menyeruak keluar. Kisah Keydo dan Kinang juga menyentakkan pikiran saya, Ya Rabb…

Keydo membuat saya kembali belajar tentang keputusan hidup terbesar. Bahwa kebahagiaan sejati akan diraih dengan perjuangan tanpa kenal lelah, tanpa kenal henti. Bahwa kebahagiaan sejati hanya akan diraih dengan pijakan iman yang baik. Bahwa penghargaan tanpa batas akan diperoleh ketika sesuatu itu direngkuh dengan perjuangan yang berat.

Bunda Tatty Elmir melalui Keydo seakan ingin berpesan kepada mata air-mata air negeri ini secara tersirat. Keydo adalah putri Padang, mahasiswi kedokteran yang akhlaknya terjaga dengan baik. Kinang, putra Papua, mahasiswa kedokteran pula yang seorang aktivis kampus. Mereka dipertemukan dalam pelayaran Zamrud Khatulistiwa (saya jadi ingat FIM! pastilah ZK ini diibaratkan sebagai FIM :D). Namun bukan tanpa maksud ketika Keydo selalu cuek, ketus, dan tidak mau diajak bicara baik-baik kepada Kinang. Keydo hanya ingin mengetahui seberapa besarkah harga perjuangan Kinang selain tentunya ingin menjaga diri dan hatinya.

Hampir tiga tahun lamanya Keydo bersikap cuek dan ketus kepada Kinang. Surat dan pesan singkat jarang dibalas, telepon tak diangkat. Kalaupun dibalas pun juga singkat, apa adanya. Apabila Kinang bertandang ke rumah kos Keydo, Keydo mengelak dengan pergi ke rumah teman atau kemanapun. Pokoknya tidak mau bertemu Kinang walaupun sebenarnya ia benar-benar ingin.

Namun Kinang tak kehilangan akal, tekadnya sudah serupa baja. Di balik segala kekurangan Keydo, Kinang telah menemukan banyak kelebihan Keydo. Kinang sadar bahwa manusia diciptakan dengan kekurangan dan kelebihan, keseimbangan semesta. Ia akhirnya memperoleh alamat nenek Keydo di Banjarnegara, dan akhirnya disanalah ia menjalani masa KKN. Tak ayal Kinang dan nenek Keydo sudah sangat akrab ketika Keydo mudik ke Banjarnegara. Mulai dari titik itulah akhirnya Keydo mulai luluh, ia mulai terbuka.

Bukan perjuangan jika tanpa batu sandungan. Sumi, teman Keydo dan Kinang ternyata memiliki perasaan untuk Kinang. Kinang tahu itu, tetapi dia memilih pura-pura tak tahu dan kemudian berkeputusan untuk segera melamar Keydo. Bersamaan dengan itu, Keydo pun tahu perasaan Sumi, api cemburunya muncul dan akhirnya dia bertolak ke Padang dengan kapal laut. Kinang pun menyusul ke Padang bersama papa-mamanya dari Papua dengan pesawat. Praktis, Kinanglah yang terlebih dahulu sampai di Padang. Dan tak berpanjang lebar, berjarak beberapa jam dari kedatangannya Keydo ke Padang, prosesi lamaran dilaksanakan dan lusa dari waktu lamaran akad nikah diputuskan dilaksanakan.

Cerita belum usai karena beberapa pekan kemudian, Keydo dipanggil Sang Pemilik Sejatinya. Memang sad ending. Tetapi cinta Kinang hanya untuk Keydo, Kinang telah berjanji cintanya hanya untuk Keydo. Dan janji itu tetaplah janji, Kinang begitu teguh memegang janjinya. :)

Keydo-Kinang sebenarnya hanyalah secuil kisah dalam novel ini, selebihnya terlukis perjuangan para ‘pahlawan jalan sunyi’, pahlawan yang namanya tidak diabadikan sebagai nama jalan. Pahlawan yang tidak pernah tenar dikenal tetapi dedikasinya kepada masyarakat begitu berarti. Di samping itu novel ini juga bertutur nan menyentil tentang otak kanan dan otak kiri, dinamisasi hidup. Apakah tangan kiri senantiasa buruk? Tidak!

Overall, terkadang saya ingin tertawa. Nama-nama yang bunda Tatty pakai dalam novel ini begitu akrab di telinga saya. Nama-nama yang sering berseliweran di komunitas Forum Indonesia Muda. :D

Solo, 19 Juli 2011 06:38
sampai kapanpun memanglah kanan pasangan sejati kiri. tak pernah ada sesuatu yang bisa disebut bagian kanan, jika tak ada kiri. begitu juga sebaliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar