Minggu, 29 Mei 2011

Karena Allah? Yakinkah Kau dengan Ucapanmu?

picture taken from here

Pasca menekuri salah satu karya Asma Nadia –-kumcernya lah yang pertama kali bunda perkenalkan padaku satu dekade silam--, saya tiba-tiba tersadar dengan kalimat-kalimat berujung dua kata: karena Allah. Kalimat-kalimat dengan pemanis dua-kata itu sudah sangat jamak di indera pendengaran dan penglihatan saya.

…karena Allah…

Apa sesungguhnya makna dua kata itu sehingga kita bisa dengan sangat sering dan sederhana bisa mengatakannya. Apakah kita sesungguhnya telah mengerti –rasanya tak cukup mengerti, mengingat nama Ia Yang Maha Segalanya pun turut serta-, apakah kita sesungguhnya telah memahami esensi dua-kata tersebut sehingga dengan mudahnya bisa menjelmakan ia dalam tutur kata, baik secara oral, auditori, maupun visual?

Saya pernah mendiskusikan hal tersebut dengan seorang sahabat. Menurutnya, “karena Allah” berarti kita melaksanakan kata kerja yang mendahului dua-kata tersebut benar-benar karena Allah, tidak ada tendensi selainNya. Lalu apakah kita berhak protes ketika kemudian menemukan sesuatu apapun yang tidak berkenan dalam lingkup lingkaran kata kerja tersebut? Karena Allah, berarti kita menerima apapun yang terjadi secara ikhlas sungguh karena semua itu milik Allah. Apabila kita tidak berkenan dengan sesuatu dalam lingkup kata kerja dan dua-kata itu, maka ketidak-berkenan-nya kita itu ‘naik derajat’ ke hadapan Allah. Allah yang menciptakan semua itu, dan kita tidak berkenan…

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?

*sedang sangat mempertanyakan makna dan esensi dua-kata itu. Allah, maafkan aku jika telah salah menempatkan asmaMu…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar