Senin, 02 Mei 2011

Children Learn What They Live-nya Dorothy L Nolte

Baru satu jam yang lalu menjejakkan kaki kembali di lantai teraso rumah. Langit telah lama gelap. Gerimis mulai turun, petir menyentak-nyentak. Masih banyak yang harus dikerjakan tapi pikiran, fisik, dan kehendak belum sejalan.
Iseng membuka-buka e-book Chicken Soup for The Soul-nya Jack Canfield dan Mark Hansen yang versi bahasa Inggris. =D
Tak sengaja pula bertemu dengan kata-kata Dorothy L Nolte yang masih tak juga menggugurkan kekagumanku pada kalimat-kalimat itu sejak bangku sekolah menengah atas. Empat tahun yang lalu...

This is it...

Children Learn What They Live

If children live with criticism, they learn to condemn.
If children live with hostility, they learn to fight.
If children live with fear, they learn to be apprehensive.
If children live with pity, they learn to feel sorry for themselves.
If children live with ridicule, they learn to be shy.
If children live with jealousy, they learn what envy is.
If children live with shame, they learn to feel guilty.

If children live with tolerance, they learn to be patient.
If children live with encouragement, they learn to be confident.
If children live with praise, they learn to appreciate.
If children live with approval, they learn to like themselves.
If children live with acceptance, they learn to find love in the world.
If children live with recognition, they learn to have a goal.
If children live with sharing, they learn to be generous.
If children live with honesty and fairness, they learn what truth and
justice are.

If children live with security, they learn to have faith in themselves
and in those around them.
If children live with friendliness, they learn that the world is a nice
place in which to live.
If children live with serenity, they learn to have peace of mind.
With what are your children living?

Lalu aku jadi ingat novel Salah Asuhan yang beberapa waktu yang lalu tak sengaja kutemukan dalam cetakan versi baru di salah satu sudut loakan kota Solo.

Roman klasik Salah Asuhan karya Abdoel Moeis, salah satu karya sastra sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, bisa menjadi cermin dari karya Dorothy. Hanafi, tokoh utamanya yang anak bumiputra dibesarkan dalam pola asuh kebarat-baratan. Akhirnya ia menjadi anak yang “mogol” kalau orang Jawa bilang. Anak bumiputra yang mencari persamaan derajat dengan orang Belanda namun apa yang dibawanya sejak lahir, adat ketimuran, tentu saja tidak bisa hilang sama sekali berganti dengan adat kebaratan. Jadilah Hanafi anak Barat pun tidak, anak bumiputra pun bukan.

karena...

“Anak adalah air mata yang tak berbingkai,
yang akan mengaliri tanah air subur ini...
Berikan dia pendidikan yang menyertai hati,
penuh cinta dan kasih sayang...

Karena di mata air tidak boleh ada air mata...!”
--Bunda Tatty Elmir dalam film documenter Depdiknas, Menghimpun Kunang-Kunang, 2003 (yang terkutip dalam Anak-Anak yang Digegas oleh DU Faizah.


http://cyberedhoy.blogspot.com/2010_04_01_archive.html

Sleman, 29 April 2o11
21:46
terimakasih bapak ibu buat setiap apa yang tercurah dalam tiap-tiap helaan nafasku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar