Sabtu, 30 Oktober 2010

Merapi dan 'Salju' Putihnya Pagi Ini

Pagi-pagi buta sudah dibangunkan ibunda. "Hujan abu..." kata beliau singkat.

Televisi sudah menyala. Berita sudah tersaji. Pengungsi yang mengungsi dari barak pengungsian.

Melongok innercourt. Sudah bertabur salju. Setengah sentimeter. Sejenak terduduk di kursi dekat jendela yang berada di tepi innercourt itu. Zona favorit untuk menyepi dan mencari inspirasi.

Beranjak keluar rumah. Membuka pintu. Allahu akbar... Semuanya berselimutkan putih... Butir butir abu pekat, tebal. Dan kusadari hijauku telah hilang...



Hamparan halaman belakang rumah yang sudah bertabur abu. Warna baru pada halaman rumah kami. Abu-abu perkerasan semen telah menjadi lebih putih.



Melihat abu lebih dekat. Abu yang terkirim dari perut merapi. Abu yang jarang tersampaikan. Abu yang membawa keberkahan di balik kepedihan.



Putih sucinya bunga tapak dara pagi ini telah berbalut warna yang baru.



Tapak dara yang masih hijau putih sebelum bersimbah abu vulkanik.



Atap rumah. Mahkota istana yang tak luput dari debu debu abu.

Kenangan yang terulang kembali pagi ini. Rabb...lindungilah kami, orang-orang yang kami sayangi, orang-orang yang kami cintai, orang-orang yang menyayangi dan mencintai kami. Amiin..

--ujian ini tidak akan lebih dari kemampuan kita--

Sleman, 30 Oktober 2010
sejenak seperti tiada ceria...
kuatkan kami, kuatkan mereka.
semoga semuanya kan segera membaik, kembali seperti semula.

Selasa, 26 Oktober 2010

Taman Sari Water Castle

16 Oktober 2010

ngubrak abrik Taman Sari...


Taman sari secara administratif terletak di Kampung Taman, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta. Tamansari dibangun pada masa Sultan Hamengkubuwono I, pendiri Kraton Ngayogyakarta kemudian dilanjutkan Sultan Hamengkubowono II. Bangunan Tamansari telah melalui masa pemugaran terutama setelah Yogyakarta diguncang gempa bumi pada tahun 2007.

Tamansari dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan nama “Perfume Garden” atau “Fragrant Garden” karena banyak bunga berbau harum ditanam di taman ini. Tamansari adalah taman kerajaan atau pesanggrahan Sultan dan keluarga yang terletak sekitar setengah kilometer sebelah selatan Kraton Yogyakarta. Selain sebagai tempat rekreasi dan tetirah (istirahat) keluarga kerajaan pada zaman dulu, Tamansari juga merupakan sarana pertahanan yaitu sebagai “camouflage area” terhadap musuh-musuh. Tamansari juga merupakan tempat meditasi dan bersemedi raja, tempat membuat batik para selir dan putri raja, serta tempat berlatih kemiliteran bagi tentara kerajaan.

Tamansari didirikan pada tahun 1758 dengan ide dari Pangeran Mangkubumi (selanjutnya bergelar Hamengkubuwono I). Arsitek kompleks Tamansari adalah Raden Ronggo Prawirosentiko (Bupati Madiun). Ahli strukturnya merupakan orang Portugis asli yang mendapat gelar dari kerajaan yaitu Demang Tegis.

Desain arsitektural Tamansari dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya pengaruh Hindu-Budha, Jawa-Islam, Cina, Portugis, dan Eropa yang sangat kental terasa. Tamansari memiliki dua pintu gerbang utama yaitu Gapura Agung (barat) dan Gapura Panggung (timur) yang saat ini merupakan pintu utama masuk bangunan. Bentuk pintu gapura merupakan gaya asli Jawa dengan detail motif stilasi dari sulur tanaman, burung, serta ekor dan sayap garuda.

Selain taman kerajaan, Tamansari juga terdiri dari kolam pemandian, kanal air, ruang-ruang tertutup, dan sebuah kolam yang besar (apabila kanal air terbuka). Bagian-bagian Tamansari dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1. Bagian Sakral: bangunan yang agak menyendiri, tempat pertapaan sultan dan keluarga.
2. Bagian Kolam Pemandian: terdiri dari dua buah kolam yang dipisahkan dengan bangunan bertingkat. air kolam keluar dari pancuran berupa kepala hewan dan tumbuhan yang khas. keunikan lain dari kolam ini terletak pada adanya pot-pot besar di dalamnya.
3. Bagian Pulau Kenanga: terdiri dari beberapa bangunan yaitu Pulau Kenanga atau Pulau Cemethi, Sumur Gemuling, dan lorong-lorong bawah tanah.
Pulau Kenanga atau Pulau Cemethi adalah bangunan tinggi yang berfungsi sebagai tempat istirahat sekaligus tempat pengintaian. Bangunan inilah yang satu-satunya akan terlihat jika kanal air terbuka dan menggenangi kawasan Tamansari. Konon apabila dilihat dari atas, bangunan seolah-olah seperti bunga teratai di tengah kolam yang sangat besar.
Sumur Gemuling adalah sebuah bangunan melingkar yang berbentuk seperti sebuah sumur dan di dalamnya terdapat ruangan-ruangan yang konon dulu digunakan sebagai tempat shalat.
Sementara lorong-lorong konon berfungsi sebagai jalan rahasia yang menghubungkan Tamansari dengan Kraton Yogyakarta. Ada pula mitos yang mengatakan bahwa lorong tersebut menembus pantai selatan dan merupakan jalan bagi sultan untuk bertemu Nyi Rara Kidul yang konon menjadi istri bagi raja-raja Kasultanan Yogyakarta tempo dulu. Bagian ini juga merupakan tempat perlindungan dan pertahanan bagi keluarga sultan apabila diserang musuh.

Pada kompleks Tamansari juga terdapat Masjid Saka Tunggal yang bertiang satu. Masjid ini dibangun pada abad XX namun keunikannya masih tetap terjaga dan menjadi asset bagi kompleks Tamansari.

Sumber narasi:
http://www.tembi.org/dulu/tamansari_1881/index.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Air_Taman_Sari
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/historic-and-heritage-sight/tamansari/
Foto: |dokumentasi pribadi|


--jendela cakrawala dari Puri Cemethi--


--Puri Cemethi dalam puing-puingnya--


--Puri Cemethi megah dalam kekunoannya--


--Sumur Gemuling...




--lorong bawah tanah, mistis...


--tampak atas kota Yogya dari atas kastil--


--tampak depan Taman Sari--


--Kolam pemandian..hijaunya. berasa di dalam menara penjara--


--tampak atas kolam pemandian dari menara pandang--


--Kolam pemandian lebih dekat...


--senyapnya kolam pemandian--



















dan berujung...

'interogasi' --> peace on this place please...=))

Solo, 26 Oktober 2010
ingin tertawa mengingat dan melihat rangkaian cerita hari itu...=)v

Sabtu, 23 Oktober 2010

Memori dari Hati ke Hati: Bunda

Sepenuh rasa, sepenuh cinta, tiada yang bisa kudustakan dari apa yang terjadi pada lembar cerita hidupku darinya. Ia yang selalu bisa membaca gerakku, diamku, raut wajahku. Ia yang selalu bisa mengeja bahagiaku, sedihku, tangisku, senyumku, tawaku, benciku, kehampaanku. Meski ku jarang bicarakan.

Kali ini, aku tahu, ia tahu. Ia tahu. Tapi ia diam. Ia membisu. Dan masih tak sanggup kuutarakan apa yang seharusnya segera kuutarakan.

Haruskah kubuat jeda?

Haruskah kubuat sekat?

Bimbaaang...

Bunda...kini izinkan aku menggoreskan bait bait kata untukmu.




---sepotong kata pada sunyinya malam. tentang kita, bun...



Kini aku kembali padamu...
Bunda...ucapkan sesuatu... bunda, katakan sesuatu...
Bunda...

my beloved small space,
ruang peraduanku.
23 Oktober 2010

menanti bait bait katamu (lagi)

The Homeland of The Java Man: Situs Manusia Purba Sangiran

Sebenarnya tidak memiliki hasrat pun niat mampir ke tempat yang satu ini. Tiba-tiba saja saat sepulang dari proyek tempat kerja praktek, inisiatif mampir ke situs purbakala Sangiran yang kebetulan memang searah.

Sepi. Sunyi. Nikmat untuk menyendiri, mencari inspirasi. (karena sinyal handphone pun akan susah ditemui di tempat ini =))...)

Dan inilah dia Sangiran...
Dari arah pintu gerbang akan disambut kepala manusia purbakala yang cukup besar dengan tulisan Situs Manusia Purba Sangiran, The Homeland of Java Man. Inilah kampung para 'leluhur' (?) manusia sekarang (?). --bersediakah mengakui teori evolusi?=P



Sculpture, Icon Sangiran

Welcome space. Bangunan situs akan menyambut pengunjung di spot ini. Dengan massa yang mirip Gugenheim Bilbao --menurut saya-- melengkung-lengkung, dengan sirkulasi yang memutar-mutar, cukuplah dibuat bingung ke arah mana akan menuju. Untunglah ada tulisan 'masuk' atau 'enter'.



Welcome Space, Ruang Tamunya Homeland of Java Man

Selanjutnya akan dibawa menyusuri lorong sempit yang terbelah dua oleh kolom-kolom bulat di tengah lorong. Sampai saat ini masih bertanya-tanya, mengapa kolom ini di tengah? Mengapa tidak di tepi? Bukankah sirkulasi pengunjung akan terganggu? Yeay, karena saya merasa tidak nyaman berjalan di lorong itu. Ataukah kolom di tengah itu berfungsi sebagai marka jalan? =)) Hmmm... jika alasannya berdasarkan struktur kantilever... kenapa lorong tidak dibuat lebih lebar?



Lorong inilah yang akan mengantarkan ke gedung-gedung exhibition, dimana di dalamnya terdapat fosil-fosil makhluk purba, replika, diorama, dan panel-panel. Saat belajar tentang sejarah manusia. =D



Gedung Exhibition 1 --penjelasan awal tentang kepurbakalaan




Diorama Manusia Purba dengan Kapak-Kapaknya



Gedung Exhibition 2: bentuk yang unik, dari kontur yang bawah terlihat seperti bentuk massa Monumen Jogja Kembali (kerucut terpancung), tapi setelah mengitarinya bukan lagi kerucut terpancung, justru kerucut terpancung plus terbelah. Penutup atapnya lokal sekaliiii...



Tengkorak kepalanya Mbah Pithecantropus Erectus... (semoga ku tak dihantuinya) =))



And the last one....



yang tak tertinggal...
*thanks my fren, yang sok mau jadi fotografer...=))v


Sleman, 23 Oktober 2010

dalam kebut-kebutan bersama duo S
wish best for me, for all of 'duo S' fighters!

Rabu, 13 Oktober 2010

Home Sweet Home

Dua pekan tak kembali ke tanah bersahaja. Tempat menyepi dari segala rutinitas, menemui sunyi, menenun semangat untuk kembali berjuang.
=)

Begitu merindunya pada ranah tercinta itu..=P


--sahajanya masih tak tertandingi...--

Taman Balekambang: Persembahan untuk Partini (dan Partinah)


www.visitsolo.com

Meruang lagi. Menyesap dan mencecap ruang alam lagi.
Saat hari-tanggal menunjuk Minggu, 08 Oktober 2010.

First time... –memalukan sebenarnya, baru kali ini menjejak langkah di zona itu setelah tiga seperempat tahun hidup di kota bernama Solo. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali bukan? =D

Main gate yang terletak linear dengan jalan merupakan main entrance yang ideal bagi sebuah wadah kegiatan, itulah yang tampak pada gerbang Taman Balekambang. Gerbang megah kecokelat-emasan dengan identitas kelokalan yang dominan benar-benar mencirikan bahwa Taman Balekambang adalah citra budaya kota Solo. First image...

Taman Balekambang dibangun pada 1921 oleh KGPAA Mangkunegara VII. Taman Balekambang memiliki nama asli “Partini Tuin”, nama yang diambil dari putri Mangkunegara VII yaitu Partini. Balekambang dalam bahasa Jawa berarti rumah yang berada di atas air. Eksisting Balekambang sendiri adalah rumah atau semacam villa raja tempo dulu yang dibangun dengan dikelilingi air. Di Yogyakarta, bangunan seperti ini sama dengan Pesanggrahan Ambarukmo.

Setelah sempat tidak terurus beberapa tahun terakhir, pada periode kepemimpinan Jokowi, Taman Balekambang kembali direvitalisasi menjadi taman kota sebagai salah satu ikon wisata Solo (Surakarta).

Desain taman dan elemen landscaping Taman Balekambang sangat tipikal dengan taman-taman kota lain yang dibangun di kota Solo baru-baru ini seperti Taman Sekartaji di dekat Pasar Mojosongo dan Taman Tirtonadi di depan Terminal Tirtonadi. Sculpture-sculpture, jalan setapak, hingga lampu taman mampu mencirikan bahwa taman-taman tersebut merupakan bagian kesatuan paru-paru kota Solo.

Satu amphiteathre terbuka yang setengah melingkar menghadap panggung joglo menjadi potensi kehidupan budaya kota Solo, meningkatkan eksistensinya sebagai kota budaya.

Taman ini juga dilengkapi dengan fasilitas bermain dan berekreasi untuk keluarga. Area outbond yang luas dan hijau serta teduh karena pepohonan yang menjulang tinggi menambah kenyamanan aktivitas di area ini. Beberapa gazebo dan rusa-rusa yang dibiarkan berkeliaran bebas merupakan unsur point of interest yang kompak.

Spot yang tiada duanya adalah sebuah danau yang cukup luas dan di tengahnya terdapat patung Partini (atau Partinah—adiknya, ya?), serta air mancur yang di tengahnya juga terdapat patung putri Mangkunegaran VII (Partini atau Partinah?).

—konon, Partini adalah putri pertama Mangkunegaran VII dari istri selirnya. dan Partini menikah bersamaan dengan saat ayahnya (Mangkunegaran VII-red) menikahi permaisurinya. Partini dipisahkan dari ibunya setelah lahir, kemudian diasuh oleh emban. jika diperhatikan, sepertinya wajah patung manusia duduk di tengah air mancur itu (Partinah?) tampak sendu yang diakibatkan oleh tekanan batin yang diperolehnya sejak kecil.

Taman Balekambang merupakan tempat yang ditujukan untuk kaum urban yang membutuhkan refreshing, rekreasi, sekedar menyepi dari keramaian kota atau...kajian kawasan bangunan (meruang!-red). Terlepas dari berbagai kemungkinan masih adanya kekurangan dalam aspek sirkulasi on site, maintenance, dan service. Nice space, nice place, full of peace! =))

Sumber:
kedua mata saya-selentingan cerita kawan-dan-http://pasarklewer.co.cc-serta-http://www.jogjatrip.com/.

Solo, 12 Oktober 2010
20:31
--thanks sudah diperkenalkan dengan spot wajibnya kota Solo..=)
and get well soon...

Selasa, 12 Oktober 2010

Bahagia Itu... (flash version)

mungkin inilah bahagia yang paling bahagia. saat detik detik berlalu sesuai dengan apa yang kuharap dan apa yang tak kuharap (dengan kejutan-kejutan yang menyelinap silih berganti).

inilah langit yang paling biru dari sekian langit yang kutatap tiga puluh hari ini.

inilah udara yang paling bersahaja... inilah hijau padang maya di benakku.

tiada kata yang paling indah tuk nyatakan semuanya...
selain alhamdulillah ya Rabb...

Solo, 12 Oktober 2010
sudah benar sesuai koridor
dan inilah buku pertama saya...=)

Kamis, 07 Oktober 2010

Terima Kasih, Bintang...

--iseng buka blog lagi pasca kuliah KKL yang hanya dihadiri beberapa 'ekor' manusia. =))



aku sedang tak ingin menulis tentang diam sebagai kebisuan yang paling nyata. aku hanya ingin melupakan pernyataan itu. tak pula ingin mengubahnya menjadi pertanyaan.

biarlah semua berlalu bersama kebisuan yang tak tahu dimana ujungnya.
biarlah semua tenggelam bersama waktu yang terus berputar, menggulung kumparan zaman.
biarlah aku hadapi semua yang ada, semua yang tersaji dalam hamparan nikmat dan anugerahNya.
biarlah...biarlah...biarlah aku ikhlas atas memori enam puluh delapan bait itu.

kini, izinkan aku mensyukuri kumparan kisah yang baru.
menjilidnya dalam buku kenangan paling indah.
membukanya setiap waktu dengan lengkung cekung sabit yang (semoga) selalu terukir.

kini, izinkan aku berterimakasih padanya, padanya, dan padaNya atas segala langkah ini.
semoga selalu dalam jalan, naungan, ridha, dan penjagaanNya... amiin. =)

Kanopi Gd 2 FT UNS
Solo, 07 Oktober 2010
--terima kasih untuk sapaan harian itu..=)
semangat dan harapan untuk tetap melangkah.