Jumat, 24 September 2010

Memori kebersamaan di BEM FT Kabinet Ceria..=))

Masih kuingat, potongan potongan kertas ini. Masih kurindukan kebersamaan itu, meski sudah berlalu.

Sebuah malam di lapangan yang berhiaskan lilin lilin di pucuk pucuk tangan masing masing orang. Terbagikan jilidan kertas berukuran kecil (yang tidak beraturan dimensinya)... Dan isinya masih tak sanggup kuabaikan...

Perenungan...

***

Saudaraku...
Sebagai insan yang beragama, berdoalah dengan khusyuk sesuai dengan agama dan keyakinanmu. Sebelum kamu membaca, merenung, melaksanakan. Dan buka lembaran berikutnya.

Saat ini dan detik ini juga, dengan disaksikan oleh bumi, langit, hewan, tumbuhan, Tuhan Yang Maha Pencipta. Dan Tuhan Yang Maha Segala galanya. Buka kembali lembaran kehidupanmu!

Saudaraku...
Setiap kata yang tertuang dalam setiap lembar buku ini, coba renungkan sejenak, untuk membuka dan mengingat kembali perjalanan kehidupanmu selama ini.

Saudaraku...
Tenangkan jiwa dan pikiranmu. Kendalikan emosimu, kendalikan kesombonganmu, dan lawan rasa takutmu.

Saudaraku...
Inilah saatnya bertanya pada lubuk hatimu yang paling suci, lubuk hatimu yang tak akan berbohong. Dengarkanlah suara hati kecilmu!

Saudaraku...
Jangan hiraukan suara lain di luar dirimu. Jangan hiraukan apapun yang ada di sekelilingmu. Tarik nafas panjang, hembuskan perlahan. Berkonsentrasilah!

“Wahai jiwaku yang suci, siapakah aku ini? Apa yang telah kulakukan selama ini? Jalan seperti apa yang aku tempuh?”

“Wahai jiwaku yang suci, apakah aku ini seorang manusia yang baik? Ataukah seorang manusia yang penuh noda dan dosa? Apakah aku manusia yang sombong, egois, dan paling jago? Ataukah...aku hanya seorang manusia penakut, yang terlalu takut pada sesuatu di sekelilingku yang seharusnya tak perlu ditakuti kecuali Tuhan Yang Maha Penyayang...”

“Wahai jiwaku yang suci... apa yang aku cari di sini? Apakah kebanggaan, nama baik, kesenangan duniawi semata, atau...untuk mengenal jati diriku sebenarnya?”

Saudaraku...
Ingatlah, keberhasilanmu tidak tergantung orang lain tetapi tergantung usahamu sendiri. Sekali lagi, ingatlah masa depanmu. Bagaimana doamu dan usahamu selama ini. Jangan sampai ia meninggalkanmu.

“Ya, mulai detik ini juga aku harus bertaubat dan meminta maaf kepada Tuhan, kedua orang tuaku, saudara, sahabat dan semua orang yang telah baik padaku. Dan semua orang yang telah kusakiti dan kukecewakan. Maafkan hambamu ya Tuhan...”

“Ya Tuhan...berilah aku cahaya terang. Sucikanlah jiwa ragaku, bukakanlah pintu hatiku, dan sadarkanlah diriku...”

Saudaraku yang senantiasa diberkahi Tuhan Yang Maha Penyayang, sekarang coba pikirkan dan renungkan, “Apa yang akan kamu lakukan demi masa depan dan hidupmu?”

Saudaraku...
Ingatlah, keberhasilanmu tidak tergantung orang lain tetapi tergantung usahamu sendiri. Sekali lagi, ingatlah masa depanmu. Bagaimana doamu dan usahamu selama ini. Jangan sampai ia meninggalkanmu.

Saudaraku...
Sekarang bangkitlah dari dudukmu. Kobarkan semangat, keberanian, dan tekadmu dengan berteriak sekeras mungkin. Dan kepalkan tanganmu ke atas dengan mengucap... “Aku telah insyaf. Aku harus menjadi baik. Aku harus berhasil. Aku tak boleh patah semangat. Aku harus tetap berhasil.”

Saudaraku...
Bulatkan tekad dan mulai lakukan yang terbaik untuk dirimu, orang tuamu, bangsa, negara, dan agamamu. Jadilah pelopor dan teladan bagi dirimu dan orang lain dalam kebaikan dan kebenaran.

Sekarang langkahkan kakimu dengan mantap. Segera temui kakak yang pantas kau teladani. Tetapi renungkan apa yang akan kamu lakukan. Mintalah maaf jika bersalah. Dan mintalah petunjuk selanjutnya.

***

Dan aku telah menemui kakak itu. Sahabat terbaikku, kakak terbaikku. Terima kasih untukmu kakak... Semoga ikatan persahabatan dan persaudaraan ini akan kekal selamanya... Amiin... =)


Solo, 06 September 2010
tiada jeda bagi kita untuk membisu
tahun keempat kita kokohkan langkah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar