Minggu, 18 April 2010

[Catatan Kaki] Blind Power

Sabtu, 10 April 2010. Pagi itu, di sebuah stasiun televisi swasta, saya menjumpai salah satu sosok yang begitu menginspirasi saya. Eko Ramaditya Adikara, seorang yang tuna netra yang memiliki banyak potensi. Dalam segala keterbatasannya Rama telah tumbuh dan berkembang menjadi seorang jurnalis, blogger, komposer, penulis, dan juga motivator.

Pagi itu sesaat Rama merilis bukunya yang berjudul Blind Power. Ia ingin menyajikan sesuatu yang berbeda tentang tuna netra dalam bukunya, bahwa tuna netra pun bisa seperti manusia yang terlahir dalam kondisi tak berkekurangan, bahwa tuna netra pun bisa menjadi lebih dari manusia yang terlahir berlebih. Dan Rama telah membuktikan tulisannya itu dengan kemampuan-kemampuannya! Masyarakat tidak perlu mengucilkan tuna netra karena tuna netra juga manusia biasa, sama seperti manusia-manusia yang lain.

***

Rama, setahun yang lalu dalam sebuah forum nasional kami pernah bersama. Ia hadir sebagai pembicara sekaligus motivator, dan saya sebagai peserta. Sungguh, tak henti-hentinya tasbih terucap saat Rama menceritakan sedikit tentang hidupnya. Tentang perjalanannya menguntai nada di perusahaan game Nintendo. Selama setahun bekerja dengan Nintendo, bahkan pihak Nintendo pun tak tahu bahwa Rama adalah seorang tuna netra. Itu wajar saja karena semua materi dikirim melalui email, komunikasi juga melalui dunia maya. Juga tentang semangat dan kesabarannnya menjalani hidup, tentang kebesaran hati dan kesyukurannya menerima anugerah yang telah Tuhan berikan.

Sejenak suasana menyepi, senyap. Berkontemplasi bersama, menutup mata, membayangkan sedang berada di sebuah padang hijau dengan taman bunga, tapi tak bisa melihat keindahan itu. Mendengar alunan gemericik air, tapi sulit mencapainya untuk menikmati sejuknya atau memandang beningnya air bersepuh riak-riaknya. Lalu...hadir orang tua, kakak, adik, orang-orang tersayang dan tercinta. Mereka ada, mereka berdiri di dekat kita tapi kita tak bisa melihat mereka. Gelap! Semua gelap! Hitam! Semua hitam! Tak ada biru, tak ada hijau, tak ada ungu, tak ada putih, tak ada kuning, tak ada merah. Yang ada hanya hitam! Tapi...benarkah itu gelap? Benarkah itu hitam? Sedang aku tak pernah tahu apa itu terang. Tak pernah tahu apa itu merah, kuning, hijau, biru, ungu.

Masih kuingat jelas di benakku, hari itu, ruangan tersebut terisak. Air mata-air mata haru sekaligus penyesalan, bercampur kesyukuran mengalir dari kelopak-kelopak mata. Rama membuat kami semakin mensyukuri hidup, menyemangati untuk melangkah maju dengan segala potensi yang Tuhan berikan. Jika Rama bisa, kenapa kami tidak? Jika Rama bisa, kenapa kita tidak?



*)gambar copas dari: www.kickandy.com/heroes/

Sleman, 10 April 2010
09:06 am
*jelang milad FIM 7 yang pertama, jelang perhelatan akbar FIM 9.
merindukan kebersamaan tak terduga dengan sosok-sosok inspiratif negeri ini.
FIM 7: Pemuda Indonesia! Aku untuk Negeriku! :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar