Sabtu, 17 April 2010

Arsitektur Hijau sebagai Pijakan Menuju Go Green

Pemanasan global kini telah menjadi isu dunia yang menyita perhatian banyak pihak, banyak pakar keilmuan, bahkan masyarakat umum. Pencemaran bumi dari berbagai aspek telah menyebabkan gas rumah kaca yang bersifat menyerap panas tanpa mampu memantulkan kembali panas tersebut. Sekian lamanya menyebabkan perlahan-lahan dimungkinkan es di kedua kutub mencair, yang berakibat air laut naik, dan pulau-pulau tenggelam.
Tak terkecuali di bidang rancang bangun, arsitektur, melakukan inovasi-inovasi yang diusahakan dapat mendukung penurunan pemanasan global, yaitu arsitektur hijau (green architecture). Arsitektur hijau merupakan sebuah istilah untuk implementasi konsep-konsep arsitektur yang selaras dan serasi dengan lingkungan tanpa mengabaikan prinsip-prinsip kenyamanan yang menjadi tuntutan sebuah hasil desain.
Arsitektur sebagai elemen penting yang mewadahi seluruh kegiatan manusia setiap hari merupakan kebutuhan primer bagi manusia selain pangan (makan) dan sandang (pakaian). Rumah merupakan salah satu produk arsitektur dalam skala kecil yang dibutuhkan oleh setiap orang. Rumah merupakan tempat berlindung dari segala macam gangguan yang berasal dari alam maupun lingkungan sendiri.
Cakupan arsitektur ini pun cukup luas. Pertama, segi lansekap atau pertamanan. Kebijakan arsitek maupun ahli pertamanan berperan penting dalam pemilihan elemen-elemen yang dipakai untuk menyusunnya. Perkerasan jalan setapak dengan material-material yang permanen dan tidak memiliki pori-pori yang besar menyebabkan perusakan lingkungan secara tidak langsung. Material-material alam dapat dipakai dalam hal ini daripada beton atau aspal yang tidak ramah lingkungan alias tidak dapat didaur ulang.
Kedua, material bangunannya sendir. Kini telah merebak konsep-konsep rumah kayu dan rumah bambu. Konsep recycle juga menjadi trend masa kini, yaitu dengan penggunaan bahan-bahan yang sudah tidak dipakai seperti yang dilakukan Ridwan Kamil pada rumah pribadinya yang berdindingkan susunan botol-botol kaca. Roof garden dan wall garden merupakan alternatif lain pada arsitektur hijau. Taman pada atap atau dinding memang memerlukan material dasar yang lebih kuat dan tahan lama. Tetapi solusi ini dapat menjadi alternatif yang jitu untuk mengatasi keterbatasan lahan untuk taman. Tak ada tanah, atap atau dinding pun jadi.
Ketiga adalah energi. Energi merupakan sumber daya yang mutlak diperlukan manusia pada era modern ini. Dalam arsitektur, energi diperlukan pada pencahayaan, penghawaan, dan operasional alat-alat maupun fasilitas-fasilitas tertentu. Pencahayaan dan penghawaan buatan yang menggunakan energi listrik dapat diakali dengan menggunakan pencahayaan dan penghawaan alami. Aplikasinya pada perancangan bukaan-bukaan yang maksimal, yang dapat memasukkan cahaya dan angin sesuai porsi kenyamanan manusia.
Arsitektur hijau, ketika alam dan manusia bersimbiosis mutualisme.
Let’s go green!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar