Minggu, 25 April 2010

Boutique Pantai Mutiara [Sardjono Sani]

Desain Boutique Pantai Mutiara bertolak dari titik jenuh tehadap apartemen yang lantai-lantainya selalu tipikal. Oleh karena itu desain boutique ini layout ruangnya dibedakan pada tiap unitnya, tidak ada yang sama bahkan dengan blok di sebelahnya. Hal itu menyebabkan interlock dan tata massa menjadi menarik.
Boutique Pantai Mutiara terletak diantara tower apartemen 24 lantai dan rumah tinggal yang rata-rata terdiri dari 3 lantai. Di samping untuk pengembangan lahan, bangunan ini juga menjadi jembatan penghubung (mediator) antara tower dan rumah tinggal. Tantangannya adalah bagaimana menyatukan konsep keseluruhan dalam satu konsep tata massa dan juga bagaimana membuat skyline yang mengisi diantara kekontrasan bangunan.
Atap bangunan berupa lengkungan-lengkungan sebagai perwujudan replikasi gelombang, mengingat letak lahan yang berada dekat pantai. Material-material yang dipilih eksklusif dan tidak lazim. Komposisi tampaknya ada yang halus bergelombang dipadu dengan efek kasar gradasi dengan kaca-kaca yang lebar.
Struktur menggunakan tiang pancang dan konvensional menggunakan balok kolom dengan maksud lebih fleksibel ketika penghuni menginginkan perubahan layout ruang, sekaligus menyiasati tipologi lingkungan.
Menurut Sardjono Sani, desain itu bisa sangat kuat atau powerfull baik untuk perencana maupun untuk kalangan umum sebagai pihak yang akan menghuni, melewati, menikmati atau sekedar melihat.
Secara keseluruhan, karya Sarjono Sani ini memberontak konsep apartemen biasanya dan menawarkan dinamika bentuk apartemen yang lain.

Jumat, 23 April 2010

Hujan itu Mendamaikan Hatiku

...
hujan
dingin pastinya
tapi menyejukkan
menyesapi aroma dan meresapi rasanya
kecintaanku pada hujan

--tulisan ra cetho. :(

---aku suka hujan tapi aku ga suka kehujanan

Rabu, 21 April 2010

Eko Prawoto, Arsitek yang Melokal dan Memasyarakat

Eko Prawoto adalah arsitek dari Yogyakarta yang memiliki spesialisasi pada perencanaan dan perancangan rumah tinggal.
Baginya arsitek tidak hanya membangun fisik bangunan semata, melainkan lebih difokuskan pada nilai-nilai kebudayaan dan juga lingkungan sekeliling. Bagaimana arsitek bisa memberi nilai rasa, tidak hanya sekedar struktur dan konstruksi bangunan saja.

Orang membangun rumah adalah penting bahkan sangat penting. Dan sebaiknya dalam prosesnya tidak diserahkan semuanya kepada arsitek. Arsitek hanyalah partner diskusi karena segala keinginan -bentuk, komposisi, susunan ruang- ada pada klien. Intinya, arsitek hanya membantu terbentuknya sebuah desain yang diinginkan klien.
Pada rumah tinggal milik Butet Kertarajasa, Eko Prawoto memberikan sentuhan ala kampung dalam rumahnya seperti keinginan Butet sendiri. Tidak ada pagar dan genteng mengkilap, pemilihan material lokal, suasana benar-benar beratmosfer kampung seperti lingkungan sekitar sitenya.



Satu hal yang saya tangkap selanjutnya adalah ketika beliau kurang lebih mengatakan, “Dalam proses perancangan, kontras boleh, tetapi harus bisa memberikan energi baru. Syukur syukur tidak ada ketegangan sosial dengan masyarakat sekitar.”
Detail, termasuk artikulasi material merupakan elemen yang membuat arsitektur dapat berkomunikasi. Bangunan pun bisa bercerita lewat detail-detail yang ditampilkan, seperti humor, klasik, alam, dan sebagainya.

Lingkungan sekitar adalah sumber informasi yang sangat kaya. Pada video tersebut diliput aktivitas ‘main-main’nya Eko Prawoto. Dengan menenteng kamera digital, beliau berjalan ke sekeliling. Lalu beberapa saat kemudian beliau menangkap gambar dedaunan dan mengamatinya. Daun itu menarik saat diamati teksturnya, daun bisa memberikan inspirasi baru.

Selain itu, beliau juga dikenal dekat dengan masyarakat setempat saat proses merancang. Dengan ngobrol, melihat kegiatan masyarakat, merupakan nilai komunitas dan bentuk penghargaan terhadap alam sekitar. Bagaimanapun juga sebuah bangunan yang berdiri akan mempengaruhi kegiatan di sekelilingnya. Oleh karena itu perlu mengetahui kegiatan masyarakat, untuk mempertahankan kebaikan kegiatan yang ada dan memperbaiki serta meningkatkan kehidupan masyarakat itu sendiri.

---Arsitek adalah media untuk memperbaiki dan meningkatkan kehidupan. Kebersamaan komunitas adalah aspek penting yang bisa menggerakkan kehidupan.

Eko Prawoto memang terkenal dengan penggunaan material setempat. Pada saat beliau berkunjung ke sebuah tempat di luar negeri –saya lupa negaranya-, beliau ditantang untuk membuat karya bebas, di site manapun. Sebelumnya beliau diajak berkeliling dahulu, dan Eko mendapati gundukan-gundukan jerami pada suatu tempat. Inspirasinya terbit. Jerami itu bisa dimanfaatkan. Maka, beliau menyusun jerami tersebut menjadi gapura. Dan uniknya, karya tersebut ditempatkan di site yang ‘kabur’, karena terletak di perbatasan desa dan kota. Menurut saya, itu lebih disebabkan karakter Eko yang begitu mengedepankan nilai-nilai komunitas masyarakat sendiri, sebagai pemersatu antara masyarakat desa dan kota.



***

Belajar banyak dari tradisi itu tidak salah karena tradisi adalah awal dari pencarian. Sikap terhadap alam, pemilihan material, juga cara bersikap terhadap masyarakat. Kita butuh sebuah awalan untuk mewujudkan sesuatu dan tradisi atau sejarah bisa menjadi pijakan untuk mengawalinya. Apalagi ditambah dengan realitas bahwa masyarakat sekarang bukan lagi masyarakat yang terisolasi dan tertutup.
Keterbukaan tersebut bisa menjadi sebuah perwujudan desain. Rumah yang menyatu dengan alam, seolah-olah rumah dan ruang luar tidak ada batasnya, merupakan salah satu bentuk sikap terhadap alam, kebijaksanaan desain. Terkait dengan hal tersebut, mungkin arsitek bisa banyak belajar dari arsitektur tradisional. Pada arsitektur tradisional, material masih sangat alami. Begitu pula dengan proses desain yang banyak dilakukan secara bergotong royong.

Hal lain yang bisa saya tangkap adalah kebebasan membentuk ruang. Desain tidak lagi terpatok pada di ruang A saya harus makan, di ruang B saya tidur, tetapi saya akan makan dan tidur di tempat manapun yang saya suka. Bisa jadi saya makan di ruang A, kadang di ruang B. Di sinilah fungsionalitas sebuah ruang diuji, semakin banyak kegiatan yang bisa dilakukan di tempat itu, semakin efisien dan berfungsi maksimal. Tetapi tetap, semua itu kembali kepada si empunya selaku penghuni dan pelaku kegiatan di dalamnya.

Karya arsitektur juga harus bisa membawa kemanfaatan bagi masyarakat, baik manfaat ekonomi maupun social. Contohnya dengan memanfaatkan segala potensi local dan meminimalisasi produk-produk fabrikasi. Banyak potensi lokal yang bisa dimanfaatkan, seperti tukang yang berasal dari lokal. Di samping menghemat pembiayaan, juga akan memberikan lapangan pekerjaan serta membantu kehidupan orang lain. Inilah yang dimaksud dengan kemanfaatan dari segi ekonomi. Begitu pula dengan material yang digunakan, material lokal jauh lebih murah disbanding material fabrikasi, dan tetap memberikan sentuhan estetika yang menarik, serta kontekstual dengan lingkungan.
Meski karyanya lebih banyak mengadopsi unsur lokal, alam, dan tradisional, beliau tidak lantas serta merta mengabaikan arsitektur-arsitektur kontemporer. Kedekatan dan berbincang dengan arsitek-arsitek kontemporer dapat memberikan wawasan agar desain tetap up to date namun tetap sustainable.




---kalau ada yang lain, sharing-nya yaah..:)

Gambar copas dari: architerian.net, meeftah.blogspot.com, arteallarte.org, qolbimuth.wordpress.com.

Senin, 19 April 2010

Budaya Jalan Pintas: Budaya Kita?


“Semua bunga di masa mendatang berasal dari benih masa kini.”
-Anonim-

Pendidikan adalah corong menuju masa depan. Pendidikan merupakan sebuah proses menuju kehidupan yang lebih baik. Sekarang ini, Indonesia dikenal sangat buruk dalam bidang pendidikan. Sumber Daya Manusia Indonesia sangat rendah kualitasnya. Banyak siswa yang justru terperosok ke jurang yang dalam dan kelam. Citra pendidikan Indonesia di mata masyarakat Indonesia sendiri maupun dunia telah tercoreng karena banyak permasalahan pendidikan yang belum mampu tertangani oleh pemerintah. Ditambah lagi, berbagai bencana yang akhir-akhir ini melanda berbagai wilayah di pelosok tanah air saat berlangsungnya musim ujian akhir menimbulkan berbagai kekecewaan di kalangan pelajar.
Redupnya cahaya bangsa ini dapat ditinjau dengan kurang konsistennya kinerja elemen pendidikan dalam membimbing tunas bangsa. Salah satu hal negatif yang telah membudaya selama berpuluh tahun di Indonesia adalah budaya jalan pintas semisal mencontek atau menjiplak pekerjaan orang lain. Sampai saat ini belum ada penanganan lebih lanjut yang dilakukan. Tak jarang ditemui ketika ulangan banyak siswa yang melirik ke kanan atau ke kiri kemudian ke depan maupun ke belakang. Mengapa hal itu dapat terjadi?
Cara belajar yang salah merupakan salah satu penyebab sesorang tidak mampu menyerap apa yang seharusnya ia dapatkan. Hal ini dapat terjadi salah satunya karena kurangnya pengetahuan mengenai kinerja otak kanan dan otak kiri. Otak terdiri atas belahan kanan dan belahan kiri. Jika otak kanan dan otak kiri dapat bekerja secara seimbang, tidak mustahil hasil yang diperoleh akan lebih baik. Tahun 1968 Dr. Roger Sperry pertama kali menemukan perbedaan fungsi otak yang berbeda antara belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Secara garis besar, fungsi yang dikendalikan oleh masing-masing belahan otak adalah otak kiri mengendalikan pikiran sadar, analisa-logika-rasional, dan bahasa. Sedangkan otak kanan mengendalikan pikiran bawah sadar, emosi, kreatif, dan intuitif.
Para ahli mengatakan bahwa manusia hanya menggunakan sekitar 3-5 % dari seluruh kemampuan otaknya karena sebagian besar kemampuan otak terkunci di dalam pikiran bawah sadar yang merupakan bagian dari otak kanan.
Otak kanan akan mengendalikan fungsi photographic memory, speed reading and listening, automatic mental processing, mass-memory, multiple language acquisition, computer-like math calculation, creativity in movement, music and art, dan intuitive insight.
Kemampuan menyimpan memori otak kanan benar-benar hebat (long term memory) sedangkan kemampuan menyimpan memori otak kiri terbatas (short term memory) sehingga sering memori itu hilang saat benar-benar diperlukan. Misalnya, saat belajar materi tersebut dapat dihafalkan namun saat ujian justru lupa sama sekali. Hal yang sama terjadi juga ketika kita bertemu teman lama, kita dapat mengingat wajahnya tetapi sering lupa namanya karena wajah (gambar) diproses oleh otak kanan sedangkan nama (bahasa) diproses oleh otak kiri.
Saat ini pendidikan formal di Indonesia cenderung memfokuskan pada penggunaan otak kiri. Hanya anak-anak yang masih duduk di playgroup dan Taman Kanak-kanak (TK) saja yang penggunaan otak kanannya masih dijalankan. Pada jenjang yang lebih tinggi anak-anak terpaksa menggunakan otak kiri untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar karena pelajaran lebih banyak ditekankan pada penalaran, berpikir logis, analisis, dan struktural. Dalam hal ini bukan berarti kemampuan otak kiri diabaikan. Hanya saja untuk bekerja lebih optimal perlu adanya keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri. Untuk memproses informasi secara efektif diperlukan kerja kedua belahan otak karena pada dasarnya kedua belahan otak ini akan saling melengkapi.
Penekanan otak kiri justru akan menciptakan tunas bangsa yang tidak kreatif karena otak kanan yang berfungsi dalam segi kreativitas tidak berkembang. Munculnya generasi penerus yang dapat menemukan hal-hal baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat terbatas. Tokoh terkenal dunia seperti Albert Einstein sangat menyenangi musik. Ia pernah berkata, “Imagination is more important than knowledge.” Imajinasi lebih penting daripada ilmu pengetahuan.
Menurut Gerald Edulman, seorang pemenang hadiah nobel, otak berkembang melalui proses seleksi. Bagian otak yang sering dipakai akan ‘hidup’ dan bagian yang tidak pernah dipakai akan ‘mati’.
Pemerintah Indonesia seharusnya mengembangkan sistem pendidikan dengan lebih baik. Dengan adanya kurikulum berbasis kompetensi ini kemampuan otak sedikit demi sedikit mulai berkembang walaupun banyak kendala yang harus dihadapi. Pendidikan dengan menerapkan prinsip belajar sambil bermain mungkin dapat dijadikan tolok ukur dalam pengembangan kurikulum pada masa yang akan datang.
Permasalahan pendidikan yang berkaitan dengan timbulnya budaya jalan pintas ini selayaknya diberikan perhatian lebih. Saat anak-anak mencontek sebenarnya banyak akibat yang timbul, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain saat ini maupun esok.
Pertama, anak terbiasa berpikir pendek. Jika ia nantinya menghadapi masalah di luar kelas, ia tidak dapat mengatasinya. Anak menjadi tidak mandiri karena selalu tergantung kepada orang lain. Padahal belum tentu saat ia menghadapi permasalahan di luar kelas orang lain mampu membantunya. Akhirnya hal ini akan membawa anak pada masalah lain yang lebih rumit misalnya lari dari tanggung jawab, terjun ke dunia narkoba, atau bergaul dengan orang yang berkarakter negatif.
Kedua, timbulnya iri hati antara anak yang satu dengan anak yang lain. Tidak semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk mencontek. Anak yang duduk di meja belakang cenderung memiliki kesempatan luas untuk mencontek. Berbeda dengan anak yang duduk di barisan depan sekaligus berada di depan pengawas. Kesempatan yang ada sangat kecil bahkan tidak ada. Hal ini akan menyebabkan timbulnya pertentangan diantara anak-anak. Anak yang tidak dapat mencontek cenderung membenci anak yang memiliki kesempatan luas mencontek. Artinya, tidak ada keadilan diantara anak-anak tersebut disebabkan karena kesempatan mencontek.
Ketiga, masa depan tidak dapat berjalan seperti sekarang. Jika saat mencontek anak selalu memperoleh nilai baik maka kemungkinan besar mereka akan kesulitan menjalani hidup. Nilai yang diperoleh tidak mencerminkan kecerdasan anak sesungguhnya sehingga hal itu hanyalah kebahagiaan sesaat saja.
Keempat, timbulnya rasa kurang percaya diri. Percaya diri adalah karakter yang tidak setiap orang memiliki. Sangat jarang orang yang memiliki rasa percaya diri kuat. Orang yang tidak percaya diri inilah yang kadang-kadang menyebabkan seseorang ‘membebek’ tingkah laku orang lain termasuk mencontek. Padahal menurut Richard Webster dalam bukunya Seven Secrets to Success dikatakan bahwa salah satu kunci kesuksesan adalah percaya diri yang kuat.
Kelima, terhambatnya pendidikan anak. Anak seharusnya telah menerima beberapa materi dalam jenjang pendidikan yang ditempuhnya. Namun karena ia menggantungkan diri pada contekan, ia tidak bersungguh-sungguh belajar. Materi itu pun lenyap dalam waktu singkat.
Keenam, anak akan mempunyai kebiasaan buruk yang nantinya dapat berkembang. Mencontek dapat menyebabkan berbohong, berbohong dapat mengakibatkan lari dari tanggung jawab dan seterusnya yang akhirnya akan merugikan orang lain.
Sesungguhnya permasalahan pendidikan dapat ditangani jika adanya kesungguhan segenap elemen pendidikan. Pendidikan dengan sistem yang menyenangkan adalah pendidikan dambaan siswa. Pendidikan yang menyenangkan adalah pendidikan dengan menyeimbangkan kemampuan belahan otak kanan dan otak kiri.
Satu hal yang masih salah kaprah di Indonesia yaitu anggapan bahwa anak pintar adalah anak yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi. Padahal sesungguhnya anak yang pintar adalah anak yang memiliki kreativitas tinggi. Anak yang memiliki pengetahuan yang tinggi cenderung menghafal sehingga otak kanannya tidak berfungsi baik. Namun anak dengan kreativitas tinggi akan dapat menciptakan serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah ada meskipun hal itu mustahil terjadi.
Penemu pesawat terbang, Wright bersaudara semula hanyalah berkhayal ingin terbang di angkasa. Orang-orang menganggap mereka aneh bahkan gila karena saat itu hal ini mustahil terjadi. Setelah melakukan percobaan dan penelitian berkali-kali tanpa putus asa akhirnya kita benar-benar bisa terbang di angkasa berkat jasa mereka. Mereka tidak mungkin berkhayal jika otak kanan mereka tidak berkembang. Mereka benar-benar orang yang kreatif.
Pendidikan di Indonesia membutuhkan perbaikan yang banyak. Kecurangan-kecurangan tersebut seharusnya dapat diatasi jika adanya sikap tegas setiap insan pendidik. Harapan untuk hidup lebih baik ada di tangan tunas-tunas bangsa namun untuk mencapai impian tersebut perjuangan para pendidik sangat dibutuhkan. Semoga bintang-bintang masa depan Indonesia akan bercahaya di masa mendatang.

Referensi:
• Arik S. Martono, Kupasan Psikologis Belahan Otak Kanan
• www.balitacerdas.com
• Ganesha Operation, Brosur Revolusi Belajar

*)ditulis pada kompetisi essay PP Aisyiyah tahun 2007

Minggu, 18 April 2010

Untuk Sahabat-Sahabatku part.2



kepada sahabat-sahabatku
aku masih tak bisa memercayai
bahwa kita telah bertahan hampir enam tahun
tiga tahun kebersamaan
hampir tiga tahun perpisahan
tak perlulah ada tangis air mata untuk kita
cukuplah air mata haru yang membasahi pipi-pipi kita

***

Kini ia sedang memutar memori tentang senja.
Satu per satu ia runut ke belakang detik senja yang pernah ia lalui.

Deg!
Ingatannya berhenti pada suatu senja, waktu itu.
Dua orang remaja berkerudung putih.
Duduk di bibir jalan raya.
Tatapannya lurus ke depan.

Aih, apa yang mereka perbincangkan?

Samar dari bibir itu terucap kata sahabat.
“Sahabat? Apakah sahabat itu, kawan?”

“Mereka yang selalu ada di samping kita setiap saat?”
“Mereka yang selalu seia sekata dalam berbagai hal?”
“Mereka yang memiliki mimpi-mimpi yang sama?”

“Bukan, bukan itu sahabat.”
“Lalu?”
“Hmmm...apakah kita adalah sahabat?”

Bibir terkatup seketika.
Keduanya mematung, terhenyak, tertegun,
dengan perkataan tadi.

Andai ku bisa ikut berbincang dengan kalian.
Aku hanya ingin bilang, “Sahabat itu saling mengingatkan. Sahabat itu saling memahami. Sahabat itu adalah ketika hati-hati tetap terikat meski raga-raga terpisah jarak.”

***

Sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati ini telah berpadu,
Berhimpun dalam naungan cintaMu,
Bertemu dalam ketaatan,
Bersatu dalam perjuangan,
Menegakkan syariat dalam kehidupan,
Kuatkanlah ikatannya,
Rekatkanlah cintanya,
Tunjukilah jalan-jalannya,
Terangilah dengan cahyaMu yang tiada pernah padam,
Ya Rabbi bimbinglah kami.

Rapatkanlah dada kami dengan karunia iman,
Dan indahnya tawakal padaMu,
Hidupkan dengan ma’rifatMu,
Matikan dalam syahid di jalanMu
Engkaulah pelindung dan pembela.

Solo, 24 Maret 2010
05:53pm
pada suatu senja
sebelum maghrib tiba
mengingat kembali tepian Sultan Agung senja itu.
aku kangeeeeeeeeeeen momen itu!
aku kangen komunitas-komunitas di ranah yang berhati nyaman itu.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
COUNTINGDOWN untuk GGers: H-9
KOSONGKAN HARI ITU, KITA KUMPUL-KUMPUL ASYIK LAGI. :D
PHOTO2, MAKAN2, SHARING2, KONYOL2AN.

Untuk Sahabat-Sahabatku part.1



Setiap orang berhak atas kata sahabat.

*)untuk sahabat-sahabatku yang terperangkap dalam janji GG

Asa, aku merindukan sahabat-sahabatku.
Mereka yang telah menggoreskan tinta-tinta di lembar-lembar
catatan harianku.

***

Aku dan kau pernah bersama, sahabat.
Kita pernah menguntai cerita pada diamnya bangku-bangku
di gedung tua itu.
Pada lorong-lorong gelapnya kita bawakan lilin
yang menerangi meski sedikit
karena hanya itu yang kita baru bisa lakukan
Aku puas menatap wajahmu dalam keremangan itu.

Tapi seiring langkah yang seia sekata.
Aku tak mau lagi sekedar menatap wajahmu dalam remang.
Sepasang mata bolaku menginginkan lebih.
Aku tak puas!
Aku ingin menggenggam tanganmu.
Aku ingin merangkul pundakmu.
Aku ingin kita selalu bersama.
Membagi tawa dan tangis sama rata.
Karena kita telah mengikrarkan diri menjadi: SAHABAT

Sahabat untuk selamanya.
Tak peduli aral yang melintang.
Tapi kita bisa apa?
Kita hanya manusia yang menghambakan diri pada Sang Pencipta
yang telah berbaik hati mempertemukan kita

Lalu...
Tiga tahun berlalu.
Bola-bola waktu bergulir.
Mengalirkan mimpi dan cita-cita kita masing-masing
pada muara-muara yang berbeda.
Kita melewati sungai yang berbeda.
Tapi kita tetap satu tujuan bukan?
Menuju laut.

Di sana kelak kita kan bertemu lagi, sahabat.
Semoga.
Pada dunia yang lebih nyata.
Masih ingatkah kau tentang apotik dan sekolah yang bertenaga nuklir?
Apakah denyut kata itu masih ada?
Kita akan bersama berjuang untuk lebih dari itu.
Kita masih akan saling menguatkan.
Kita tetap masih ada karena kita ada.

Kuurai lagi memori-memori tentang kita.
Senandung-senandung berwarna Ungu milik sang Radja pada Tujuh Sela
Atasan putih abu-abu dengan sepatu pantovel
Kita berjalan bangga, tapi tak perlu busungkan dada.

Pada rumus-rumus parabola dan integral
aku telah lupa itu
Pada anatomi tubuh dan spesies-spesies
aku telah mengingatnya di luar benak
Pada ramuan-ramuan asam klorida
aku tak lagi menemui mereka
Tapi pada kata kita
(Inginku) aku akan selalu ada

Sahabat,
Terima kasih untuk enam tahun yang telah kita jalani
Tiga tahun kebersamaan itu telah membawa kita
berpisah waktu dan jarak selama tiga tahun pula
Di selanya kita masih sempat berjabat tangan meski sedetik.
Bahagiaku masih ada hingga kini.

Sahabat,
Terima kasih untuk semua kata yang telah kau ajarkan kepadaku.
Tentang makna sahabat, teman, keluarga.
Tentang hakikat hidup dan perjuangan.
Tentang arti cinta dan kasih sayang.

Terima kasih dan maaf untuk segalanya.

Padang hijau itu masih menanti kita.

Hari itu akan segera tiba.
Dan mungkin kita tak akan bertemu lagi.
Tapi hati-hati kita masih tetap bergenggaman erat bukan?

Solo, 22 Maret 2010
betapa indahnya ukhuwah ini
novelnya masih di ujung jalan,
cerpennya masih di setengah perjalanan,
dan hanya kata ini yang kini mampu kupersembahkan. :)

[Catatan Kaki] Blind Power

Sabtu, 10 April 2010. Pagi itu, di sebuah stasiun televisi swasta, saya menjumpai salah satu sosok yang begitu menginspirasi saya. Eko Ramaditya Adikara, seorang yang tuna netra yang memiliki banyak potensi. Dalam segala keterbatasannya Rama telah tumbuh dan berkembang menjadi seorang jurnalis, blogger, komposer, penulis, dan juga motivator.

Pagi itu sesaat Rama merilis bukunya yang berjudul Blind Power. Ia ingin menyajikan sesuatu yang berbeda tentang tuna netra dalam bukunya, bahwa tuna netra pun bisa seperti manusia yang terlahir dalam kondisi tak berkekurangan, bahwa tuna netra pun bisa menjadi lebih dari manusia yang terlahir berlebih. Dan Rama telah membuktikan tulisannya itu dengan kemampuan-kemampuannya! Masyarakat tidak perlu mengucilkan tuna netra karena tuna netra juga manusia biasa, sama seperti manusia-manusia yang lain.

***

Rama, setahun yang lalu dalam sebuah forum nasional kami pernah bersama. Ia hadir sebagai pembicara sekaligus motivator, dan saya sebagai peserta. Sungguh, tak henti-hentinya tasbih terucap saat Rama menceritakan sedikit tentang hidupnya. Tentang perjalanannya menguntai nada di perusahaan game Nintendo. Selama setahun bekerja dengan Nintendo, bahkan pihak Nintendo pun tak tahu bahwa Rama adalah seorang tuna netra. Itu wajar saja karena semua materi dikirim melalui email, komunikasi juga melalui dunia maya. Juga tentang semangat dan kesabarannnya menjalani hidup, tentang kebesaran hati dan kesyukurannya menerima anugerah yang telah Tuhan berikan.

Sejenak suasana menyepi, senyap. Berkontemplasi bersama, menutup mata, membayangkan sedang berada di sebuah padang hijau dengan taman bunga, tapi tak bisa melihat keindahan itu. Mendengar alunan gemericik air, tapi sulit mencapainya untuk menikmati sejuknya atau memandang beningnya air bersepuh riak-riaknya. Lalu...hadir orang tua, kakak, adik, orang-orang tersayang dan tercinta. Mereka ada, mereka berdiri di dekat kita tapi kita tak bisa melihat mereka. Gelap! Semua gelap! Hitam! Semua hitam! Tak ada biru, tak ada hijau, tak ada ungu, tak ada putih, tak ada kuning, tak ada merah. Yang ada hanya hitam! Tapi...benarkah itu gelap? Benarkah itu hitam? Sedang aku tak pernah tahu apa itu terang. Tak pernah tahu apa itu merah, kuning, hijau, biru, ungu.

Masih kuingat jelas di benakku, hari itu, ruangan tersebut terisak. Air mata-air mata haru sekaligus penyesalan, bercampur kesyukuran mengalir dari kelopak-kelopak mata. Rama membuat kami semakin mensyukuri hidup, menyemangati untuk melangkah maju dengan segala potensi yang Tuhan berikan. Jika Rama bisa, kenapa kami tidak? Jika Rama bisa, kenapa kita tidak?



*)gambar copas dari: www.kickandy.com/heroes/

Sleman, 10 April 2010
09:06 am
*jelang milad FIM 7 yang pertama, jelang perhelatan akbar FIM 9.
merindukan kebersamaan tak terduga dengan sosok-sosok inspiratif negeri ini.
FIM 7: Pemuda Indonesia! Aku untuk Negeriku! :p

Sabtu, 17 April 2010

Struktur Konstruksi Bangunan Gedung 4 [tugas akhir semester]

Kegilaan yang tak berakhir. Inspirasi yang tak henti untuk dieksplorasi. Hingga akhirnya pemikiran dan pekerjaan di enam belas jam terakhirlah yang kami yakini.

Desain struktur konstruksi berbentang lebar, dengan struktur pelat lipat, kabel, dan cangkang.

POLYGON EXHIBITION CENTER
oleh:
Mutmainah dan Rofida Noor Amalia. :P

[1] teori yang kami dapat...:o





[2] ide, konsep



[3] desain akhir




bagiku cukup memuaskan untuk sekedar memenuhi nilai. :D
tapi desain memang tak pernah ada hentinya.

Arsitektur Hijau sebagai Pijakan Menuju Go Green

Pemanasan global kini telah menjadi isu dunia yang menyita perhatian banyak pihak, banyak pakar keilmuan, bahkan masyarakat umum. Pencemaran bumi dari berbagai aspek telah menyebabkan gas rumah kaca yang bersifat menyerap panas tanpa mampu memantulkan kembali panas tersebut. Sekian lamanya menyebabkan perlahan-lahan dimungkinkan es di kedua kutub mencair, yang berakibat air laut naik, dan pulau-pulau tenggelam.
Tak terkecuali di bidang rancang bangun, arsitektur, melakukan inovasi-inovasi yang diusahakan dapat mendukung penurunan pemanasan global, yaitu arsitektur hijau (green architecture). Arsitektur hijau merupakan sebuah istilah untuk implementasi konsep-konsep arsitektur yang selaras dan serasi dengan lingkungan tanpa mengabaikan prinsip-prinsip kenyamanan yang menjadi tuntutan sebuah hasil desain.
Arsitektur sebagai elemen penting yang mewadahi seluruh kegiatan manusia setiap hari merupakan kebutuhan primer bagi manusia selain pangan (makan) dan sandang (pakaian). Rumah merupakan salah satu produk arsitektur dalam skala kecil yang dibutuhkan oleh setiap orang. Rumah merupakan tempat berlindung dari segala macam gangguan yang berasal dari alam maupun lingkungan sendiri.
Cakupan arsitektur ini pun cukup luas. Pertama, segi lansekap atau pertamanan. Kebijakan arsitek maupun ahli pertamanan berperan penting dalam pemilihan elemen-elemen yang dipakai untuk menyusunnya. Perkerasan jalan setapak dengan material-material yang permanen dan tidak memiliki pori-pori yang besar menyebabkan perusakan lingkungan secara tidak langsung. Material-material alam dapat dipakai dalam hal ini daripada beton atau aspal yang tidak ramah lingkungan alias tidak dapat didaur ulang.
Kedua, material bangunannya sendir. Kini telah merebak konsep-konsep rumah kayu dan rumah bambu. Konsep recycle juga menjadi trend masa kini, yaitu dengan penggunaan bahan-bahan yang sudah tidak dipakai seperti yang dilakukan Ridwan Kamil pada rumah pribadinya yang berdindingkan susunan botol-botol kaca. Roof garden dan wall garden merupakan alternatif lain pada arsitektur hijau. Taman pada atap atau dinding memang memerlukan material dasar yang lebih kuat dan tahan lama. Tetapi solusi ini dapat menjadi alternatif yang jitu untuk mengatasi keterbatasan lahan untuk taman. Tak ada tanah, atap atau dinding pun jadi.
Ketiga adalah energi. Energi merupakan sumber daya yang mutlak diperlukan manusia pada era modern ini. Dalam arsitektur, energi diperlukan pada pencahayaan, penghawaan, dan operasional alat-alat maupun fasilitas-fasilitas tertentu. Pencahayaan dan penghawaan buatan yang menggunakan energi listrik dapat diakali dengan menggunakan pencahayaan dan penghawaan alami. Aplikasinya pada perancangan bukaan-bukaan yang maksimal, yang dapat memasukkan cahaya dan angin sesuai porsi kenyamanan manusia.
Arsitektur hijau, ketika alam dan manusia bersimbiosis mutualisme.
Let’s go green!