Selasa, 09 Februari 2010

Ekspedisi Bandung: Untuk Seribu Langkah, Untuk Seribu Mimpi [part 8: The Bottle House]

Bottle House akhirnya mendapat restu untuk menerima kedatangan kami.
Bottle House adalah rumah tinggal milik Ridwan Kamil, yang juga diarsitekinya sendiri. Dibangun dengan menggunakan 30.000 botol bekas sebuah merk minuman. Botol bekas tersebut disusun dan ditempelkan sehingga membentuk bidang-bidang serupa dinding yang semi transparan. Keprivasian tetap terjaga, cahaya dan sirkulasi udara tetap bisa masuk.
Ada cerita unik mengapa Emil memilih botol sebagai partisinya. Hal itu dikarenakan para tukangnya terbiasa mengkonsumsi minuman-minuman tersebut dan membuang botolnya hingga akhirnya menumpuk. Dari sanalah inspirasi Emil muncul. Seperti dikemukakan beliau bahwa terkadang ide-ide spektakuler justru muncul kemudian, bukan pada saat perencanaan perancangan.
Bottle House juga didesain dengan efek melayang. Sebagai contoh terdapat pada tangga menuju teras yang memang tidak masif serta susunan botol-botol kaca yang tidak menyentuh lantai. Susunan botol-botol tersebut diperkuat dengan bingkai-bingkai kayu pada tiap beberapa botol.
Pada bagian tengah rumah terdapat innercourt yang mengapit dua lantai di depannya dan tiga lantai di belakangnya. Area innercourt ini juga biasa digunakan untuk berkumpulnya keluarga atau acara-acara skala sedang seperti pengajian, yang merupakan perluasan dari ruang keluarga. Pada bagian kanan innercourt memanjang terdapat kolam renang yang tidak terlalu luas tetapi cukuplah sebagai penyejuk dan penyeimbang suasana. Terdapat pula kursi malas berwarna merah menyala sebagai point of interest.
Ada lagi yang unik dari rumah tersebut. Tangga yang didesain hanya untuk penghuni rumah. Tangga tersebut pada beberapa bagian tidak memiliki ketinggian yang sama. Jadi, bagi orang awam, perlu kehati-hatian untuk menapakinya. Alasan mengapa dibuat seperti itu rupanya adalah agar dapat sekaligus dijadikan tempat duduk saat menonton film dan sejenisnya yang memakai layar berupa tembok putih di depan tangga.
Ide yang bagus!
Perpustakaan yang terletak di lantai tiga dan menghadap innercourt, bernuansa khas seorang arsitek. Buku-buku arsitektur terpajang rapi di rak-rak. Sementara itu di sebuah rak sepinggang berjajar miniatur bangunan-bangunan terkenal di dunia. Hmmmm....serasa ingin memilikinya. =D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar