Sabtu, 23 Januari 2010

Tentang Sebuah Perjalanan

Menjaring senja, membawanya menuju malam,
Mengukir kata syukur pada jejak-jejak perjalanan.

Ada yang berbeda pada perjalanan kali ini meski sebenarnya biasa saja. Perjalanan Jogja-Solo bukanlah perjalanan yang baru untuk saya. Dan pada perjalanan yang ke-sekian ini saya belajar sesuatu darinya.
Banyak orang di dunia ini, dan banyak karakter pula yang mereka miliki. Seperti halnya jalan raya lintas kota.

***

Setiap ruas jalan memiliki karakternya masing-masing yang berbeda satu sama lainnya, sesuai peruntukannya, sesuai arah tujuan dan titik asalnya.
Jalan Magelang, Sleman, Yogyakarta.
Sebagai jalan raya lintas kota, sekaligus jalan utama di kabupaten Sleman, jalan ini memang ramai. Darinya saya belajar cermat dan hati-hati. Jalan ini dilalui kendaraan-kendaraan besar seperti bus dan truk dengan laju cepat. Sementara tidak ada pembatas jalan di tengah, tidak terdapat cukup banyak lampu merah. Perlu ekstra kehati-hatian saat menyeberanginya.
Ring Road Utara, Sleman, Yogyakarta.
Konon orang bilang inilah jalan tolnya Jogja. Masih merupakan jalur lintas kota. Dan darinya saya belajar tentang hak dan kewajiban. Pada jalan ini terdapat pemisahan jalur antara kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat atau lebih. Saya mempunyai hak melewati jalan tersebut namun wajib melintas di jalur lambat alias jalur untuk kendaraan roda dua. Di sini saya juga belajar tentang kesabaran. Saat kendaraan roda empat dan busway memasuki jalur ini, bisa dipastikan harus menguntit di belakangnya beberapa meter dengan kecepatan sangat rendah, karena untuk mendahului pun tidak ada ruang.
Jalan Jogja-Solo
Menurut saya, inilah akumulasi dari jalan-jalan yang lain. Harus cermat, hati-hati, sabar, memahami orang lain, setia kawan. Terkadang bisa juga egois, menang sendiri. Lebih ekstrim lagi mungkin bisa dibahasakan dengan ’nekat’. Intinya harus pandai memanfaatkan setiap celah yang ada untuk mencapai tujuan secepat mungkin. Siapa cepat dia dapat! Tidak ada lagi batas antara kendaraan roda dua dan roda empat atau lebih. Ada bus-bus besar yang cenderung egois dan menangan. Ada truk-truk yang juga cukup besar namun melambat, lamban. Terkadang menjengkelkan, tapi itulah hidup.
Dan adakalanya perjalanan yang saya lalui terasa membosankan. Tapi semua itu menjadi tidak membosankan karena entah darimana datangnya, saya memiliki kebiasaan unik. Mencari partner perjalanan. Yeah, entah itu truk besar atau sesama pengendara jalan. Tidak pernah saling mengenal memang, tetapi menjadi rival perjalanan ternyata cukup menyenangkan juga. (Jangan nekat ingin melakukannya jika tidak yakin!:D)

***

Seperti jalan, seperti itulah hidup yang kita jalani. Kita menemui banyak orang dengan banyak karakter yang mereka miliki. Setiap manusia unik. Setiap manusia memiliki karakter yang berbeda-beda, tak ada yang sama. Subhanallah...
Yang perlu dilakukan hanyalah memahaminya. Memahami bahwa orang lain pun diri kita juga memiliki keunikan tersebut, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Memahami bahwa orang lain pun ingin dipahami seperti halnya kita yang juga ingin dipahami orang lain.

Solo, 15 Desember 2009
Meski ku tak tahu siapa kau, beribu terima kasih untuk * 2928 ** telah menjadi rival pada perjalananku kemarin...:) Perjalananku menjadi tak membosankan.

*)kok rasa-rasanya antar paragraf ga nyambung yaaah...:(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar