Jumat, 29 Januari 2010

Ekspedisi Bandung: Untuk Seribu Langkah, Untuk Seribu Mimpi [part 3: Cihampelas Walk]

Lepas dari Selasar Sunaryo, kami menuju sebuah kawasan bernama Cihampelas Walk atau lebih akrab disapa CiWalk.
Terdapat point of interest yang cukup menarik walaupun tidak terlalu besar dan tinggi, yaitu semacam tembok kecil setinggi 1 m dari granit dengan tulisan ber-font artistik dan lighting yang manis. Tulisan tersebut tentu saja Cihampelas Walk.
Selanjutnya, ada beberapa keterangan tentang CiWalk yang sengaja saya ambil dari http://astudioarchitect.com/2008/09/ziarah-arsitektur-urban-leisure.html oleh Ade Yudirianto. Ini dia:
CiWalk merupakan mall berusia muda di Bandung (beroperasi tahun 2003) dibangun dengan sentuhan yang berbeda dengan mall pada umumnya. Mall tersebut melebur bersama lansekap alam yang ada. Integrasi yang unik. Pepohonan besar yang tersebar di penjuru tapak justru menjadi nilai tambah bagi keberadaan mall ini. CiWalk didirikan di atas lahan 3,5 hektar. Dari areal seluas itu, yang dipergunakan untuk bangunan hanya 1/3-nya , sedangkan 2/3 lainnya dimanfaatkan untuk area parkir, taman dengan berbagai jenis pohon yang berumur puluhan tahun.
Memasuki CiWalk kita seolah hendak diajak berpetualang dalam rimba raya hutan kota bandung yang di dalamnya terdapat dunia kapitalisme modern. Kapitalisme modern yang mencoba bersahabat dengan alam. Mall diletakkan dengan setback yang mundur ke belakang amat jauh sehingga posisinya tersembunyi oleh pepohonan raksasa dan taman-taman lansekap yang ada. Ini merupakan strategi yang jitu karena setelah menelusuri Jalan Cihampelas yang padat merayap seolah pengunjung merasakan oase yang menyegarkan melihat deretan tata hijau dengan jalan-jalan lebar membentang. Pola perletakkan tenant-tenant/counter yang ada pun disebar pada area terbuka sehingga pengunjung dapat menikmati etalase toko dari ruang luar, berbeda dengan mall kebanyakan yang interior tenant justru berorientasi kedalam pada satu bangunan tunggal sehingga berkesan introvert terhadap ruang luar. Pola sirkulasi pun juga menjadi sebuah petualangan tersendiri karena berada pada tapak yang sengaja dibiarkan mengikuti kontur sehingga kita bisa melihat Sungai Cikapundung dan deretan permukiman penduduk disisi timur CiWalk, tanpa terhalangi.
Desain mall ini merupakan sinergi dari dua orang penting yakni Fauzan Noe’man, arsitek dan Deni, pemilik modal CiWalk. Fauzan menjelaskan bahwa dia begitu terpesona melihat kondisi eksisting CiWalk sebelum terbangun yang penuh dengan pepohonan besar dan semak belukar yang membelakangi Sungai Cikapundung. Dalam fikiran Fauzan ia berkata: Ya Allah, apakah pohon-pohon sebesar ini akan dilibas begitu saja? Ide gagasan awal dalam melihat lokasi, yang terbayang pertama kali oleh adalah tema kisah tentang Bandung tempo dulu. Mengingat Jalan Cihampelas sendiri sangat bersejarah dan pepohonan besar merupakan ciri kota Bandung yang sampai saat kini keberadaannya mulai menghilang termakan usia.
Namun dalam proses desain, sinergi dengan Deni (klien) menghasilkan sintesa baru. Klien yang dibesarkan di negara Canada dan Singapura amat terpengaruh dengan model mall-mall di negara tersebut sehingga konsep Bandung tempo dulu harus bergeser menjadi konsep mall kosmopolitan, namun terdapat kesepakatan bahwa lansekap berkontur dan pepohonan besar merupakan kekuatan dari site ini sehingga bagaimanapun caranya dan apapun yang terjadi, hal ini harus dipertahankan. Inilah faktor mendasar yang memicu kesuksesan CiWalk pada akhirnya. Untuk memberikan kesan pengalaman berbelanja maka mall disebar pada ruang luar sehingga pengunjung dapat melihat etalase toko yang berhadap-hadapan layaknya deretan toko-toko jaman dahulu kala di Jalan Braga.
Fauzan cukup sadar bahwa CiWalk ini akan menjadi magnet kawasan dengan segala potensinya. Oleh karena itu ia mengambil sikap dengan meletakkan mall-mall di belakang site sehingga kepadatan kendaraan pada Jalan Cihampelas dapat terkurangi. Mobilitas terkendali, pengunjung merasakan oase yang menyegarkan dan desain pun juga pastilah unik.
Salah satu poin khusus yang dapat dipelajari pada Ciwalk ini adalah bagaimana klien dan arsitek dapat bersikap empati terhadap ekologi lingkungan hijau yang ada. Terlepas apakah sikap tersebut dilandasi oleh faktor komersial ataukah bukan, pilihan untuk menjaga ekologi di site Ciwalk merupakan keputusan yang tepat. Keputusan yang jarang didapati pada perancangan fasilitas komersial di kota-kota lain. Yang justru cenderung menghantam luasan KDB/KLB lahan dengan pertimbangan nilai investasi dan pandangan kapitalisme klasik.
***
Ya, CiWalk merupakan aroma baru. Terlepas apakah tujuan kami mengunjunginya kali ini apakah untuk ber-shopaholic atau memang untuk mempelajari sisi arsitekturalnya. CiWalk adalah harmoni langkah peradaban manusia yang tertuang dalam desain bangunan. Ia ada untuk manusia.
Adakah yang sudah kau pelajari darinya, teman?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar