Sabtu, 30 Oktober 2010

Merapi dan 'Salju' Putihnya Pagi Ini

Pagi-pagi buta sudah dibangunkan ibunda. "Hujan abu..." kata beliau singkat.

Televisi sudah menyala. Berita sudah tersaji. Pengungsi yang mengungsi dari barak pengungsian.

Melongok innercourt. Sudah bertabur salju. Setengah sentimeter. Sejenak terduduk di kursi dekat jendela yang berada di tepi innercourt itu. Zona favorit untuk menyepi dan mencari inspirasi.

Beranjak keluar rumah. Membuka pintu. Allahu akbar... Semuanya berselimutkan putih... Butir butir abu pekat, tebal. Dan kusadari hijauku telah hilang...



Hamparan halaman belakang rumah yang sudah bertabur abu. Warna baru pada halaman rumah kami. Abu-abu perkerasan semen telah menjadi lebih putih.



Melihat abu lebih dekat. Abu yang terkirim dari perut merapi. Abu yang jarang tersampaikan. Abu yang membawa keberkahan di balik kepedihan.



Putih sucinya bunga tapak dara pagi ini telah berbalut warna yang baru.



Tapak dara yang masih hijau putih sebelum bersimbah abu vulkanik.



Atap rumah. Mahkota istana yang tak luput dari debu debu abu.

Kenangan yang terulang kembali pagi ini. Rabb...lindungilah kami, orang-orang yang kami sayangi, orang-orang yang kami cintai, orang-orang yang menyayangi dan mencintai kami. Amiin..

--ujian ini tidak akan lebih dari kemampuan kita--

Sleman, 30 Oktober 2010
sejenak seperti tiada ceria...
kuatkan kami, kuatkan mereka.
semoga semuanya kan segera membaik, kembali seperti semula.

Selasa, 26 Oktober 2010

Taman Sari Water Castle

16 Oktober 2010

ngubrak abrik Taman Sari...


Taman sari secara administratif terletak di Kampung Taman, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta. Tamansari dibangun pada masa Sultan Hamengkubuwono I, pendiri Kraton Ngayogyakarta kemudian dilanjutkan Sultan Hamengkubowono II. Bangunan Tamansari telah melalui masa pemugaran terutama setelah Yogyakarta diguncang gempa bumi pada tahun 2007.

Tamansari dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan nama “Perfume Garden” atau “Fragrant Garden” karena banyak bunga berbau harum ditanam di taman ini. Tamansari adalah taman kerajaan atau pesanggrahan Sultan dan keluarga yang terletak sekitar setengah kilometer sebelah selatan Kraton Yogyakarta. Selain sebagai tempat rekreasi dan tetirah (istirahat) keluarga kerajaan pada zaman dulu, Tamansari juga merupakan sarana pertahanan yaitu sebagai “camouflage area” terhadap musuh-musuh. Tamansari juga merupakan tempat meditasi dan bersemedi raja, tempat membuat batik para selir dan putri raja, serta tempat berlatih kemiliteran bagi tentara kerajaan.

Tamansari didirikan pada tahun 1758 dengan ide dari Pangeran Mangkubumi (selanjutnya bergelar Hamengkubuwono I). Arsitek kompleks Tamansari adalah Raden Ronggo Prawirosentiko (Bupati Madiun). Ahli strukturnya merupakan orang Portugis asli yang mendapat gelar dari kerajaan yaitu Demang Tegis.

Desain arsitektural Tamansari dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya pengaruh Hindu-Budha, Jawa-Islam, Cina, Portugis, dan Eropa yang sangat kental terasa. Tamansari memiliki dua pintu gerbang utama yaitu Gapura Agung (barat) dan Gapura Panggung (timur) yang saat ini merupakan pintu utama masuk bangunan. Bentuk pintu gapura merupakan gaya asli Jawa dengan detail motif stilasi dari sulur tanaman, burung, serta ekor dan sayap garuda.

Selain taman kerajaan, Tamansari juga terdiri dari kolam pemandian, kanal air, ruang-ruang tertutup, dan sebuah kolam yang besar (apabila kanal air terbuka). Bagian-bagian Tamansari dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1. Bagian Sakral: bangunan yang agak menyendiri, tempat pertapaan sultan dan keluarga.
2. Bagian Kolam Pemandian: terdiri dari dua buah kolam yang dipisahkan dengan bangunan bertingkat. air kolam keluar dari pancuran berupa kepala hewan dan tumbuhan yang khas. keunikan lain dari kolam ini terletak pada adanya pot-pot besar di dalamnya.
3. Bagian Pulau Kenanga: terdiri dari beberapa bangunan yaitu Pulau Kenanga atau Pulau Cemethi, Sumur Gemuling, dan lorong-lorong bawah tanah.
Pulau Kenanga atau Pulau Cemethi adalah bangunan tinggi yang berfungsi sebagai tempat istirahat sekaligus tempat pengintaian. Bangunan inilah yang satu-satunya akan terlihat jika kanal air terbuka dan menggenangi kawasan Tamansari. Konon apabila dilihat dari atas, bangunan seolah-olah seperti bunga teratai di tengah kolam yang sangat besar.
Sumur Gemuling adalah sebuah bangunan melingkar yang berbentuk seperti sebuah sumur dan di dalamnya terdapat ruangan-ruangan yang konon dulu digunakan sebagai tempat shalat.
Sementara lorong-lorong konon berfungsi sebagai jalan rahasia yang menghubungkan Tamansari dengan Kraton Yogyakarta. Ada pula mitos yang mengatakan bahwa lorong tersebut menembus pantai selatan dan merupakan jalan bagi sultan untuk bertemu Nyi Rara Kidul yang konon menjadi istri bagi raja-raja Kasultanan Yogyakarta tempo dulu. Bagian ini juga merupakan tempat perlindungan dan pertahanan bagi keluarga sultan apabila diserang musuh.

Pada kompleks Tamansari juga terdapat Masjid Saka Tunggal yang bertiang satu. Masjid ini dibangun pada abad XX namun keunikannya masih tetap terjaga dan menjadi asset bagi kompleks Tamansari.

Sumber narasi:
http://www.tembi.org/dulu/tamansari_1881/index.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Air_Taman_Sari
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/historic-and-heritage-sight/tamansari/
Foto: |dokumentasi pribadi|


--jendela cakrawala dari Puri Cemethi--


--Puri Cemethi dalam puing-puingnya--


--Puri Cemethi megah dalam kekunoannya--


--Sumur Gemuling...




--lorong bawah tanah, mistis...


--tampak atas kota Yogya dari atas kastil--


--tampak depan Taman Sari--


--Kolam pemandian..hijaunya. berasa di dalam menara penjara--


--tampak atas kolam pemandian dari menara pandang--


--Kolam pemandian lebih dekat...


--senyapnya kolam pemandian--



















dan berujung...

'interogasi' --> peace on this place please...=))

Solo, 26 Oktober 2010
ingin tertawa mengingat dan melihat rangkaian cerita hari itu...=)v

Sabtu, 23 Oktober 2010

Memori dari Hati ke Hati: Bunda

Sepenuh rasa, sepenuh cinta, tiada yang bisa kudustakan dari apa yang terjadi pada lembar cerita hidupku darinya. Ia yang selalu bisa membaca gerakku, diamku, raut wajahku. Ia yang selalu bisa mengeja bahagiaku, sedihku, tangisku, senyumku, tawaku, benciku, kehampaanku. Meski ku jarang bicarakan.

Kali ini, aku tahu, ia tahu. Ia tahu. Tapi ia diam. Ia membisu. Dan masih tak sanggup kuutarakan apa yang seharusnya segera kuutarakan.

Haruskah kubuat jeda?

Haruskah kubuat sekat?

Bimbaaang...

Bunda...kini izinkan aku menggoreskan bait bait kata untukmu.




---sepotong kata pada sunyinya malam. tentang kita, bun...



Kini aku kembali padamu...
Bunda...ucapkan sesuatu... bunda, katakan sesuatu...
Bunda...

my beloved small space,
ruang peraduanku.
23 Oktober 2010

menanti bait bait katamu (lagi)

The Homeland of The Java Man: Situs Manusia Purba Sangiran

Sebenarnya tidak memiliki hasrat pun niat mampir ke tempat yang satu ini. Tiba-tiba saja saat sepulang dari proyek tempat kerja praktek, inisiatif mampir ke situs purbakala Sangiran yang kebetulan memang searah.

Sepi. Sunyi. Nikmat untuk menyendiri, mencari inspirasi. (karena sinyal handphone pun akan susah ditemui di tempat ini =))...)

Dan inilah dia Sangiran...
Dari arah pintu gerbang akan disambut kepala manusia purbakala yang cukup besar dengan tulisan Situs Manusia Purba Sangiran, The Homeland of Java Man. Inilah kampung para 'leluhur' (?) manusia sekarang (?). --bersediakah mengakui teori evolusi?=P



Sculpture, Icon Sangiran

Welcome space. Bangunan situs akan menyambut pengunjung di spot ini. Dengan massa yang mirip Gugenheim Bilbao --menurut saya-- melengkung-lengkung, dengan sirkulasi yang memutar-mutar, cukuplah dibuat bingung ke arah mana akan menuju. Untunglah ada tulisan 'masuk' atau 'enter'.



Welcome Space, Ruang Tamunya Homeland of Java Man

Selanjutnya akan dibawa menyusuri lorong sempit yang terbelah dua oleh kolom-kolom bulat di tengah lorong. Sampai saat ini masih bertanya-tanya, mengapa kolom ini di tengah? Mengapa tidak di tepi? Bukankah sirkulasi pengunjung akan terganggu? Yeay, karena saya merasa tidak nyaman berjalan di lorong itu. Ataukah kolom di tengah itu berfungsi sebagai marka jalan? =)) Hmmm... jika alasannya berdasarkan struktur kantilever... kenapa lorong tidak dibuat lebih lebar?



Lorong inilah yang akan mengantarkan ke gedung-gedung exhibition, dimana di dalamnya terdapat fosil-fosil makhluk purba, replika, diorama, dan panel-panel. Saat belajar tentang sejarah manusia. =D



Gedung Exhibition 1 --penjelasan awal tentang kepurbakalaan




Diorama Manusia Purba dengan Kapak-Kapaknya



Gedung Exhibition 2: bentuk yang unik, dari kontur yang bawah terlihat seperti bentuk massa Monumen Jogja Kembali (kerucut terpancung), tapi setelah mengitarinya bukan lagi kerucut terpancung, justru kerucut terpancung plus terbelah. Penutup atapnya lokal sekaliiii...



Tengkorak kepalanya Mbah Pithecantropus Erectus... (semoga ku tak dihantuinya) =))



And the last one....



yang tak tertinggal...
*thanks my fren, yang sok mau jadi fotografer...=))v


Sleman, 23 Oktober 2010

dalam kebut-kebutan bersama duo S
wish best for me, for all of 'duo S' fighters!

Rabu, 13 Oktober 2010

Home Sweet Home

Dua pekan tak kembali ke tanah bersahaja. Tempat menyepi dari segala rutinitas, menemui sunyi, menenun semangat untuk kembali berjuang.
=)

Begitu merindunya pada ranah tercinta itu..=P


--sahajanya masih tak tertandingi...--

Taman Balekambang: Persembahan untuk Partini (dan Partinah)


www.visitsolo.com

Meruang lagi. Menyesap dan mencecap ruang alam lagi.
Saat hari-tanggal menunjuk Minggu, 08 Oktober 2010.

First time... –memalukan sebenarnya, baru kali ini menjejak langkah di zona itu setelah tiga seperempat tahun hidup di kota bernama Solo. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali bukan? =D

Main gate yang terletak linear dengan jalan merupakan main entrance yang ideal bagi sebuah wadah kegiatan, itulah yang tampak pada gerbang Taman Balekambang. Gerbang megah kecokelat-emasan dengan identitas kelokalan yang dominan benar-benar mencirikan bahwa Taman Balekambang adalah citra budaya kota Solo. First image...

Taman Balekambang dibangun pada 1921 oleh KGPAA Mangkunegara VII. Taman Balekambang memiliki nama asli “Partini Tuin”, nama yang diambil dari putri Mangkunegara VII yaitu Partini. Balekambang dalam bahasa Jawa berarti rumah yang berada di atas air. Eksisting Balekambang sendiri adalah rumah atau semacam villa raja tempo dulu yang dibangun dengan dikelilingi air. Di Yogyakarta, bangunan seperti ini sama dengan Pesanggrahan Ambarukmo.

Setelah sempat tidak terurus beberapa tahun terakhir, pada periode kepemimpinan Jokowi, Taman Balekambang kembali direvitalisasi menjadi taman kota sebagai salah satu ikon wisata Solo (Surakarta).

Desain taman dan elemen landscaping Taman Balekambang sangat tipikal dengan taman-taman kota lain yang dibangun di kota Solo baru-baru ini seperti Taman Sekartaji di dekat Pasar Mojosongo dan Taman Tirtonadi di depan Terminal Tirtonadi. Sculpture-sculpture, jalan setapak, hingga lampu taman mampu mencirikan bahwa taman-taman tersebut merupakan bagian kesatuan paru-paru kota Solo.

Satu amphiteathre terbuka yang setengah melingkar menghadap panggung joglo menjadi potensi kehidupan budaya kota Solo, meningkatkan eksistensinya sebagai kota budaya.

Taman ini juga dilengkapi dengan fasilitas bermain dan berekreasi untuk keluarga. Area outbond yang luas dan hijau serta teduh karena pepohonan yang menjulang tinggi menambah kenyamanan aktivitas di area ini. Beberapa gazebo dan rusa-rusa yang dibiarkan berkeliaran bebas merupakan unsur point of interest yang kompak.

Spot yang tiada duanya adalah sebuah danau yang cukup luas dan di tengahnya terdapat patung Partini (atau Partinah—adiknya, ya?), serta air mancur yang di tengahnya juga terdapat patung putri Mangkunegaran VII (Partini atau Partinah?).

—konon, Partini adalah putri pertama Mangkunegaran VII dari istri selirnya. dan Partini menikah bersamaan dengan saat ayahnya (Mangkunegaran VII-red) menikahi permaisurinya. Partini dipisahkan dari ibunya setelah lahir, kemudian diasuh oleh emban. jika diperhatikan, sepertinya wajah patung manusia duduk di tengah air mancur itu (Partinah?) tampak sendu yang diakibatkan oleh tekanan batin yang diperolehnya sejak kecil.

Taman Balekambang merupakan tempat yang ditujukan untuk kaum urban yang membutuhkan refreshing, rekreasi, sekedar menyepi dari keramaian kota atau...kajian kawasan bangunan (meruang!-red). Terlepas dari berbagai kemungkinan masih adanya kekurangan dalam aspek sirkulasi on site, maintenance, dan service. Nice space, nice place, full of peace! =))

Sumber:
kedua mata saya-selentingan cerita kawan-dan-http://pasarklewer.co.cc-serta-http://www.jogjatrip.com/.

Solo, 12 Oktober 2010
20:31
--thanks sudah diperkenalkan dengan spot wajibnya kota Solo..=)
and get well soon...

Selasa, 12 Oktober 2010

Bahagia Itu... (flash version)

mungkin inilah bahagia yang paling bahagia. saat detik detik berlalu sesuai dengan apa yang kuharap dan apa yang tak kuharap (dengan kejutan-kejutan yang menyelinap silih berganti).

inilah langit yang paling biru dari sekian langit yang kutatap tiga puluh hari ini.

inilah udara yang paling bersahaja... inilah hijau padang maya di benakku.

tiada kata yang paling indah tuk nyatakan semuanya...
selain alhamdulillah ya Rabb...

Solo, 12 Oktober 2010
sudah benar sesuai koridor
dan inilah buku pertama saya...=)

Kamis, 07 Oktober 2010

Terima Kasih, Bintang...

--iseng buka blog lagi pasca kuliah KKL yang hanya dihadiri beberapa 'ekor' manusia. =))



aku sedang tak ingin menulis tentang diam sebagai kebisuan yang paling nyata. aku hanya ingin melupakan pernyataan itu. tak pula ingin mengubahnya menjadi pertanyaan.

biarlah semua berlalu bersama kebisuan yang tak tahu dimana ujungnya.
biarlah semua tenggelam bersama waktu yang terus berputar, menggulung kumparan zaman.
biarlah aku hadapi semua yang ada, semua yang tersaji dalam hamparan nikmat dan anugerahNya.
biarlah...biarlah...biarlah aku ikhlas atas memori enam puluh delapan bait itu.

kini, izinkan aku mensyukuri kumparan kisah yang baru.
menjilidnya dalam buku kenangan paling indah.
membukanya setiap waktu dengan lengkung cekung sabit yang (semoga) selalu terukir.

kini, izinkan aku berterimakasih padanya, padanya, dan padaNya atas segala langkah ini.
semoga selalu dalam jalan, naungan, ridha, dan penjagaanNya... amiin. =)

Kanopi Gd 2 FT UNS
Solo, 07 Oktober 2010
--terima kasih untuk sapaan harian itu..=)
semangat dan harapan untuk tetap melangkah.

Sabtu, 25 September 2010

Jungkir Balik di "International School"

Mimpi apa ya aku semalam?

***

Siang itu --tepat tengah hari, tibalah aku di Sekolah Dasar Model, sekolah dasar paling anyarnya Pemerintah Daerah Sleman yang juga Rintisan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional --digabung satu kompleks dengan Taman Kanak-Kanak yang juga dirintis bertaraf internasional. Sekolah itu baru (kurang lebih) dua tahun berdiri. Kelas yang sudah aktif baru kelas satu dan dua, kelas-kelas selanjutnya masih menunggu generasi satu dua itu. =))

Kedatangan itu sebenarnya bukan tanpa sengaja. Ya, rencana kedatangan adalah untuk "maen-maen", ngeliat peruangan, gambaran aktivitas, dan segala yang ada di sana lah terkait tugas kuliah yang mulai stadium akhir --sangat kritis sekali.

Awal mula disambut selasar-selasar parkir yang bersambung dengan plaza setengah lingkaran dan taman-taman yang masih sangat muda --belum tampak hijau euy. Dari plaza diantar selasar linear yang terhubung dengan kanopi dan front office --mirip kantor =)). Lalu sejenak duduk di lobby dengan sofa yang super empuk dan tergoda melihat maket yang terselubung kaca persegi di pojok lobby.

Kompleks yang akan menjadi sangat megah, sekolah yang benar-benar sangat elegan (?). Itu bayanganku dari maketnya sih, ga tau deh realisasinya nanti. Gedung-gedung utama yang sudah kokoh berdiri. Tinggal landscapingnya dan fasilitas penunjang saja yang belum terbangun. Hmm...lapangan bola, lapangan basket, lapangan voli, lapangan bulutangkis, gedung olahraga indoor, kolam renang, lahan pertanian, peternakan, perikanan. Belum fasilitas penunjang bakat minat kayak musik, tari, lukis, modelling, catur, dan sebagainya. Awal yang bagus untuk pendidikan di Indonesia ini. =)

***

Bosan menatap dan meneliti maket, saatnya berputar-putar menjelajah kompleks yang sudah sepi dari anak-anak. Tinggal para guru dan karyawan yang sedang me-rapat di meeting room. Berkelanalah menyusuri selasar-selasar putih, menaiki tangga menuju lantai dua yang ternyata masih kosong melompong. Maklum lantai dua adalah ruang-ruang yang ditujukan untuk kelas tiga sampai kelas enam, yang memang belum ada muridnya. Mengitari taman bervoid, mengintip-intip ruang-ruang yang ada --apa juga yang aku intip, orang masih kosong jugaa. Daan tiba-tibaaaaa.... BLAK! Pintu di sebelah kanan menutup dengan sendirinya, terbanting keras. Jantung berdesir, tiba-tiba cemas... tergesa menuju tangga terdekat. =))

Hmm...kemana lagi akan melangkah? Terpikir untuk berlesehan 'nelangsa' di selasar belakang meeting room yang juga berbatasan dengan taman sayap barat. Menghabiskan waktu sembari bercakap cakap via layanan pesan singkat, hingga akhirnya berubah pikiran untuk menuju kolam yang ada di tengah taman. Duduk di bibir kolam...dan menyesal kenapa nggak dari tadi-tadi memutuskan merana di spot ini. Angin berhembus pelan, seakan membawa terbang sejenak semua beban. Hanya saja kolam itu tiada airnya, fountain waternya padam tentu saja.

Lalu...disinilah tragedi dimulai. Mendongak ke atas... menyadari langit yang sejenak lalu benderang telah berubah gelap. Mendung bergerak dengan cepatnya. Dan angin menjadi semakin kencang. Langsung cemas, was-was, merasa ada yang tidak beres. Segera berdiri, dan angin kencang sudah mendekat, mengibaskan kerudungku dengan 'hangat'. Spontan bergegas jalan cepat ke selasar, menyeberang dari gedung sayap barat ke gedung utama (gedung tengah), lari di sela-sela ruang-ruang gedung utama. Berlindung sejenak di balik kolom-kolom (yang untungnya gedeeee dimensinya). Pintu lobby udah tertutup (karena angin) dan guru-guru yang sedang rapat sudah berjajar di dinding kaca lobby. --heraaaan kok ibu nggak mencariku yaaaa =)) ngareeep padahal nggak pernah tuh. orang ke kos aja setelah aku pindah ke kos baru, dan itu berarti baru sekali setelah aku tiga tahun di rantau. bleh!

Sampe di dalam lobby udah super sport jantung. Motor dua di parkiran udah ambruk. Pohon-pohon mentiung-mentiung. Awan terlihat dengan jelas gerakannya. Hujan mulai turun meski masih tersisa pancaran mentari. Langit sekeliling gelap, guyuran hujan di seberang begitu jelas. Dramatis sekaliiii....=)

Hingga setengah jam berlalu masih belum juga menyurutkan cemas, khawatir, dan ketakutanku untuk pulang. (Inilah pengalaman mencekam dengan angin yang ketiga kalinya).

***

Peringatan Allah untuk hambaNya semakin nyata terasa.

Sleman, 25 September 2010
--arcturus dan betelgeuse menari indah di memori terdalam...

Jumat, 24 September 2010

Jalan, Naungan, dan Penjagaan-Nya

pada kehangatan mentari aku menerka
asa pada perca perca kisah

saat mataku terbuka
hingga mataku terpejam
terima kasih untuk semua kata
yang telah tercipta

masih pintaku, masih harapku
semoga senantiasa tetap dalam pengharapan
di jalan, naungan, dan penjagaanNya...
allahuma amiin...

Solo, 24 September 2010
--sekotak ruang sempit ini kembali meramai

Memori kebersamaan di BEM FT Kabinet Ceria..=))

Masih kuingat, potongan potongan kertas ini. Masih kurindukan kebersamaan itu, meski sudah berlalu.

Sebuah malam di lapangan yang berhiaskan lilin lilin di pucuk pucuk tangan masing masing orang. Terbagikan jilidan kertas berukuran kecil (yang tidak beraturan dimensinya)... Dan isinya masih tak sanggup kuabaikan...

Perenungan...

***

Saudaraku...
Sebagai insan yang beragama, berdoalah dengan khusyuk sesuai dengan agama dan keyakinanmu. Sebelum kamu membaca, merenung, melaksanakan. Dan buka lembaran berikutnya.

Saat ini dan detik ini juga, dengan disaksikan oleh bumi, langit, hewan, tumbuhan, Tuhan Yang Maha Pencipta. Dan Tuhan Yang Maha Segala galanya. Buka kembali lembaran kehidupanmu!

Saudaraku...
Setiap kata yang tertuang dalam setiap lembar buku ini, coba renungkan sejenak, untuk membuka dan mengingat kembali perjalanan kehidupanmu selama ini.

Saudaraku...
Tenangkan jiwa dan pikiranmu. Kendalikan emosimu, kendalikan kesombonganmu, dan lawan rasa takutmu.

Saudaraku...
Inilah saatnya bertanya pada lubuk hatimu yang paling suci, lubuk hatimu yang tak akan berbohong. Dengarkanlah suara hati kecilmu!

Saudaraku...
Jangan hiraukan suara lain di luar dirimu. Jangan hiraukan apapun yang ada di sekelilingmu. Tarik nafas panjang, hembuskan perlahan. Berkonsentrasilah!

“Wahai jiwaku yang suci, siapakah aku ini? Apa yang telah kulakukan selama ini? Jalan seperti apa yang aku tempuh?”

“Wahai jiwaku yang suci, apakah aku ini seorang manusia yang baik? Ataukah seorang manusia yang penuh noda dan dosa? Apakah aku manusia yang sombong, egois, dan paling jago? Ataukah...aku hanya seorang manusia penakut, yang terlalu takut pada sesuatu di sekelilingku yang seharusnya tak perlu ditakuti kecuali Tuhan Yang Maha Penyayang...”

“Wahai jiwaku yang suci... apa yang aku cari di sini? Apakah kebanggaan, nama baik, kesenangan duniawi semata, atau...untuk mengenal jati diriku sebenarnya?”

Saudaraku...
Ingatlah, keberhasilanmu tidak tergantung orang lain tetapi tergantung usahamu sendiri. Sekali lagi, ingatlah masa depanmu. Bagaimana doamu dan usahamu selama ini. Jangan sampai ia meninggalkanmu.

“Ya, mulai detik ini juga aku harus bertaubat dan meminta maaf kepada Tuhan, kedua orang tuaku, saudara, sahabat dan semua orang yang telah baik padaku. Dan semua orang yang telah kusakiti dan kukecewakan. Maafkan hambamu ya Tuhan...”

“Ya Tuhan...berilah aku cahaya terang. Sucikanlah jiwa ragaku, bukakanlah pintu hatiku, dan sadarkanlah diriku...”

Saudaraku yang senantiasa diberkahi Tuhan Yang Maha Penyayang, sekarang coba pikirkan dan renungkan, “Apa yang akan kamu lakukan demi masa depan dan hidupmu?”

Saudaraku...
Ingatlah, keberhasilanmu tidak tergantung orang lain tetapi tergantung usahamu sendiri. Sekali lagi, ingatlah masa depanmu. Bagaimana doamu dan usahamu selama ini. Jangan sampai ia meninggalkanmu.

Saudaraku...
Sekarang bangkitlah dari dudukmu. Kobarkan semangat, keberanian, dan tekadmu dengan berteriak sekeras mungkin. Dan kepalkan tanganmu ke atas dengan mengucap... “Aku telah insyaf. Aku harus menjadi baik. Aku harus berhasil. Aku tak boleh patah semangat. Aku harus tetap berhasil.”

Saudaraku...
Bulatkan tekad dan mulai lakukan yang terbaik untuk dirimu, orang tuamu, bangsa, negara, dan agamamu. Jadilah pelopor dan teladan bagi dirimu dan orang lain dalam kebaikan dan kebenaran.

Sekarang langkahkan kakimu dengan mantap. Segera temui kakak yang pantas kau teladani. Tetapi renungkan apa yang akan kamu lakukan. Mintalah maaf jika bersalah. Dan mintalah petunjuk selanjutnya.

***

Dan aku telah menemui kakak itu. Sahabat terbaikku, kakak terbaikku. Terima kasih untukmu kakak... Semoga ikatan persahabatan dan persaudaraan ini akan kekal selamanya... Amiin... =)


Solo, 06 September 2010
tiada jeda bagi kita untuk membisu
tahun keempat kita kokohkan langkah

Arsitektur dan Sastra

Arsitektur dan sastra. Dua kutub yang setipe tapi tak sama. Mereka punya darah seni. Mereka punya jiwa kreativitas. Dan mereka sering bikin muak meski banyak yang menggilai.

Arsitektur membuatku gila hingga benar benar hampir gila. Sastra membuatku gila hingga benar benar sangat cinta.

Arsitektur dan sastra adalah spontanitas berkarya. Inspirasi dan ide bisa datang darimana saja. Serpihan debu di jalanan hingga sentuhan angin di malam yang dingin. Meski begitu arsitektur dan sastra juga butuh eksplorasi, butuh survey lapangan, butuh komunikasi sosial.

Arsitektur mewujud dalam karya tiga dimensi, bangunan, sculpture, hingga kawasan. Arsitektur membutuhkan penalaran dalam seninya, menginginkan ilmu dan kesepahaman dalam estetisnya.

Sastra adalah seni sungguh seni dari hati. Sastra adalah intuisi berkarya. Sastra adalah curahan hati, bentuk protes diri, penghargaan paling sederhana. Sastra adalah luapan kata kata yang terkadang bersifat multitafsir. Sastra adalah ambiguitas. Sastra adalah gejolak emosi. Sastra adalah hati.

Solo, 06 September 2010
sastra adalah hati... dan aku baru tahu kalau hati itu rumit. sulit dimengerti, sulit diejawantahkan.
konklusi ini sudah ruwet.

Senin, 06 September 2010

Jalan Menuju Ibukota

Dug! Kutemukan catatan lawas ini. Mendekam dalam folder Asa 1 selama sebulan. Harapanku sebulan yang lalu, yang ingin kuposting pada H-1 keberangkatanku. Tetapi sungguh, rencana tinggallah rencana. Allah memiliki rencana yang sungguh sungguh indah untuk hamba hamba Nya...

***

“Bu, sepertinya saya mau kerja praktek di kota lain –berpuluh kilometer jauhnya-. Bagaimana?”
Sedikit banyak rasa khawatir tersemat di dada. Harap-harap cemas memenuhi lubuk hati. :D

“Ya, kalo emang itu yang terbaik ya ga apa-apa. Semoga sukses.”

PLONG!

Hanya itu yang ibu bilang??
Sementara banyak ibu-ibu teman-teman yang lain mengharapkan putri-putrinya kerja praktek di tempat yang dekat dengan tempat tinggal.

Allahu Rabb… Betapa saya harus bersyukur memiliki kedua orang tua yang memberikan kebebasan yang begitu besar. Kebijaksanaan yang tidak tanggung-tanggung. Kepercayaan yang luar biasa.
Anak pertama ini, putri pula.

Ingin tertawa saya sejujurnya. Apakah ini karena bapak ibu sudah menyerah dengan tingkah saya yang tidak bisa dikekang?

Hmm…saya rasa ini semua bukan sihir dan tidak bisa diupayakan dalam sekejap. KOMUNIKASI. Poin inilah yang mati-matian saya pertahankan sampai sekarang. Di tengah kesibukan kuliah dan organisasi yang membabi buta.

Ada lagi yang sudah terbiasa saya lakukan sejak SD. Saya terbiasa melanglang buana sendirian atau dengan teman, bukan dengan orang tua atau saudara. Tentu saja dengan jangkauan tertentu. Saat SD ada pramuka dan rekreasi bersama. Saya dilepas hingga wilayah Jawa Tengah bagian barat. SMP masih ada pramuka dan studi banding ke Jakarta-Bandung. Selain itu saya masih suka main-main ke rumah teman, dari satu rumah ke rumah yang lain. SMA, ke Pangandaran, dan petualangan ke Wonosobo. Menginjak kuliah, saya kembali ke Jakarta berdua dengan seorang teman beda fakultas yang saya kenal beberapa hari sebelum keberangkatan. Pulangnya…seorang diri (pertama kali, ditambah ekspresi was-was bunda tersayang). Intensitas berpetualang di masa kuliah ini juga semakin bertambah, entah bersama teman kuliah, teman SMA, ataupun teman SMP. Bersyukur kembali ukhuwah ini masih terajut dengan manisnya kebersamaan.
*eniwei thanks all my friend!

Yang tidak boleh tertinggal adalah mimpi.
Ya, semua petualangan itu tanpa sadar sudah pernah tertoreh di dalam benak saya. Tidak lolos ujian STAN dan STT, Alhamdulillah masih bisa bertualang ke Jakarta dan Bandung, bahkan (akan insya Allah) magang di Jakarta.

Allah akan mengikuti persangkaan hambaNya…:)

Welcome me Jakarta!

H-1 kujelang...=)

***

Dan satu rencana gugur oleh satu kata di H-8 keberangkatan. Subhanallah...=)

Solo, 06 September 2010
mengenang perjalanan, meraba mimpi yang tak terengkuh

Tentang Lelah

sesungguhnya tentang lelah
tentang yang tak pernah terungkap
tentang yang tak pernah kuceritakan

lelah itu adalah keyakinanku
tentang kebosanan

lelah itu adalah keyakinanku
tentang hujan di siang hari

dan lelah itu tentang pagi ini

Solo, 06 September 2010
--bagaimana nasib kutub kutubku?

Minggu, 05 September 2010

Menentang Arus, Menembus Batas

Fragmen 1.
“Kuliah jurusan apa?”
“Arsitektur.”
“Lho katanya suka nulis, kok kuliahnya di arsitektur? Kenapa nggak sastra, mengembangkan bakat.”

Fragmen 2.
“Novel?”
“Iya...”
“Hmm... lain kali kalau beli buku yang bermutu sedikit lah...”

Fragmen 3.
“Teknik?”
“Iyaa...”
“Kenapa nggak kedokteran? Prestasi akademikmu kan bagus.”

Fragmen-fragmen di atas hanyalah sekecap dari sekian kecap fragmen yang pernah saya dan anda mungkin alami. Fragmen-fragmen yang merupakan statement-statement dari orang lain. Perbedaan prinsip adalah hal yang wajar karena setiap orang memiliki prinsip hidup masing-masing. Tetapi terkadang keterpurukan karena statement orang lain juga dapat mengacaukan keteguhan prinsip, menaikkan emosi, dan menitikkan air mata.

Saya belajar tidak hanya dari universitas dimana saya berstatus sebagai mahasiswa. Saya ingin belajar setiap saat. Belajar dimana saja, kapan saja, kepada siapa saja. Terkadang (terlalu sering mungkin malah) prinsip-prinsip yang saya lakoni di pentas hidup ini berbeda dari kebanyakan orang. Bahkan dengan sahabat sendiri dalam hal-hal tertentu. Tentu saja dengan koridor yang benar. Inilah idealisme saya.

Bolehkah saya bilang jika saya melanjutkan studi hingga universitas hanya karena tuntutan dunia luar? Tuntutan persaingan global, gengsi, dan menjaga martabat keluarga? Karena ternyata dunia yang kuinginkan berada di luar bidang yang saya geluti secara formal.

[flashback ke awal masa kuliah]
Sebuah ruangan tempatku menghempaskan segala lelah dan keluh kesah. Ruang pribadiku. Ini yang masih kuingat dan kini membuatku bangga menjadi diriku sendiri.
Sebuah pembicaraan (pribadi) dengan seorang saudara. Masih juga tentang jurusan yang kuambil. Kenapa arsitektur? Kenapa teknik? Segala hal yang bersinggungan dengan benda mati dalam ruang hampa. --harapan beliau adalah jurusan yang berkaitan dengan kesehatan. Tak pernah kukatakan bahwa kesehatan adalah bidang ilmu yang aku merasa anti. Ya, aku tak seperti saudara saudaraku yang lain, yang begitu mengidamkan jurusan berbau kesehatan. Tidak. Sekali lagi tidak. Sekali ku menentang arus lagi.

Dan kini... dimanakah jiwa multitafsirku kudapatkan? Sempat dipertanyakan darimana jiwa itu hadir? Sempat ditentang, apa gunanya sastra? Tidak adakah yang lebih baik, yang lebih bermakna?

Biarlah biar, kututup telinga untuk segala kata kata itu. Syukurku ayah bunda justru mendukung. Sepasang manusia yang seia sekata mendukung, mendorong, dan menyambut minat anak anaknya. Sepasang manusia yang tahu seluk beluk anak anaknya, yang ku yakin apa kata mereka adalah nasihat terbaik.

Matur nuwun, ibu, ibu, ibu, bapak...

--terkadang menentang arus perlu kulakukan untuk menjadi diriku sendiri, kawan...

Sleman, 05 September 2010

Rindu Ramadhan

"Akuu rinduuu Ramadhaaan..." Berapa kali kau ungkapkan itu, Fi... Kini Ramadhan sudah datang, bahkan sudah di penghujung.

Ramadhan sudah hampir berakhir. Ramadhan tinggal menghitung hari. Ramadhanku kembali dan aku seakan pergi.
Dan tiba-tiba teringat kata-kata sahabat, "Kau menjauh, Allah mendekat. Kau mendekat, Allah kian dekat. Mampukah kau berpaling?" Allah, dimanakah semangatku di awal Ramadhan? Yang perlahan kian terkikis, menipis... Tarawihku, tilawahku, dzikir-dzikirku...
Selalu ada harapan, selalu ada keinginan untuk membuat segalanya lebih baik. Masih ada semangat, masih ada kemauan. Tetapi tersadar, perlahan...(tapi pasti) kikisan itu ada dalam segala bentuk rupanya. Satu kata yang masih belum kudapatkan...keistiqamahan. Hanya satu kata namun begitu berat untuk dijalani dalam karakter labil dan moody ini. Ffiuuh....ampunilah hamba, yaa Rabb...

Lepas dari semua itu kudapatkan banyak hal pada Ramadhan kali ini. Kudapatkan banyak cerita dan pengalaman. Kudapatkan banyak hikmah, berkah...=) Alhamdulillah... Pun masih kuingat pernyataan (dalam batinku) Ramadhan kemarin, "Ramadhan tahun depan akan sangat berbeda dari Ramadhan kali ini (tahun lalu-red." Ya, Ramadhan ini sungguh-sungguh berbeda. Ujian Ramadhanku kali ini sungguh-sungguh dahsyat kurasa. Air mata di kereta itu adalah akhir dari cerita bersambung yang kuuntai dalam tingginya harapanku. Rubuh seketika sebab satu kata. Manusia hanya bisa berencana namun Allah lah Sang Maha Pemberi Keputusan. Allah, Engkau selalu punya rencana yang indah, rencana yang begitu indah. Aku salah merencanakan, aku tahu kesalahanku kini. Air mata itu adalah tanda kasih sayangMu, Rabb...kado terindah pada Ramadhan kali ini.

--masih dalam kemultitafsiran dan kemisteriusan kata
Sleman, 05 September 2010

Minggu, 25 April 2010

Boutique Pantai Mutiara [Sardjono Sani]

Desain Boutique Pantai Mutiara bertolak dari titik jenuh tehadap apartemen yang lantai-lantainya selalu tipikal. Oleh karena itu desain boutique ini layout ruangnya dibedakan pada tiap unitnya, tidak ada yang sama bahkan dengan blok di sebelahnya. Hal itu menyebabkan interlock dan tata massa menjadi menarik.
Boutique Pantai Mutiara terletak diantara tower apartemen 24 lantai dan rumah tinggal yang rata-rata terdiri dari 3 lantai. Di samping untuk pengembangan lahan, bangunan ini juga menjadi jembatan penghubung (mediator) antara tower dan rumah tinggal. Tantangannya adalah bagaimana menyatukan konsep keseluruhan dalam satu konsep tata massa dan juga bagaimana membuat skyline yang mengisi diantara kekontrasan bangunan.
Atap bangunan berupa lengkungan-lengkungan sebagai perwujudan replikasi gelombang, mengingat letak lahan yang berada dekat pantai. Material-material yang dipilih eksklusif dan tidak lazim. Komposisi tampaknya ada yang halus bergelombang dipadu dengan efek kasar gradasi dengan kaca-kaca yang lebar.
Struktur menggunakan tiang pancang dan konvensional menggunakan balok kolom dengan maksud lebih fleksibel ketika penghuni menginginkan perubahan layout ruang, sekaligus menyiasati tipologi lingkungan.
Menurut Sardjono Sani, desain itu bisa sangat kuat atau powerfull baik untuk perencana maupun untuk kalangan umum sebagai pihak yang akan menghuni, melewati, menikmati atau sekedar melihat.
Secara keseluruhan, karya Sarjono Sani ini memberontak konsep apartemen biasanya dan menawarkan dinamika bentuk apartemen yang lain.

Jumat, 23 April 2010

Hujan itu Mendamaikan Hatiku

...
hujan
dingin pastinya
tapi menyejukkan
menyesapi aroma dan meresapi rasanya
kecintaanku pada hujan

--tulisan ra cetho. :(

---aku suka hujan tapi aku ga suka kehujanan

Rabu, 21 April 2010

Eko Prawoto, Arsitek yang Melokal dan Memasyarakat

Eko Prawoto adalah arsitek dari Yogyakarta yang memiliki spesialisasi pada perencanaan dan perancangan rumah tinggal.
Baginya arsitek tidak hanya membangun fisik bangunan semata, melainkan lebih difokuskan pada nilai-nilai kebudayaan dan juga lingkungan sekeliling. Bagaimana arsitek bisa memberi nilai rasa, tidak hanya sekedar struktur dan konstruksi bangunan saja.

Orang membangun rumah adalah penting bahkan sangat penting. Dan sebaiknya dalam prosesnya tidak diserahkan semuanya kepada arsitek. Arsitek hanyalah partner diskusi karena segala keinginan -bentuk, komposisi, susunan ruang- ada pada klien. Intinya, arsitek hanya membantu terbentuknya sebuah desain yang diinginkan klien.
Pada rumah tinggal milik Butet Kertarajasa, Eko Prawoto memberikan sentuhan ala kampung dalam rumahnya seperti keinginan Butet sendiri. Tidak ada pagar dan genteng mengkilap, pemilihan material lokal, suasana benar-benar beratmosfer kampung seperti lingkungan sekitar sitenya.



Satu hal yang saya tangkap selanjutnya adalah ketika beliau kurang lebih mengatakan, “Dalam proses perancangan, kontras boleh, tetapi harus bisa memberikan energi baru. Syukur syukur tidak ada ketegangan sosial dengan masyarakat sekitar.”
Detail, termasuk artikulasi material merupakan elemen yang membuat arsitektur dapat berkomunikasi. Bangunan pun bisa bercerita lewat detail-detail yang ditampilkan, seperti humor, klasik, alam, dan sebagainya.

Lingkungan sekitar adalah sumber informasi yang sangat kaya. Pada video tersebut diliput aktivitas ‘main-main’nya Eko Prawoto. Dengan menenteng kamera digital, beliau berjalan ke sekeliling. Lalu beberapa saat kemudian beliau menangkap gambar dedaunan dan mengamatinya. Daun itu menarik saat diamati teksturnya, daun bisa memberikan inspirasi baru.

Selain itu, beliau juga dikenal dekat dengan masyarakat setempat saat proses merancang. Dengan ngobrol, melihat kegiatan masyarakat, merupakan nilai komunitas dan bentuk penghargaan terhadap alam sekitar. Bagaimanapun juga sebuah bangunan yang berdiri akan mempengaruhi kegiatan di sekelilingnya. Oleh karena itu perlu mengetahui kegiatan masyarakat, untuk mempertahankan kebaikan kegiatan yang ada dan memperbaiki serta meningkatkan kehidupan masyarakat itu sendiri.

---Arsitek adalah media untuk memperbaiki dan meningkatkan kehidupan. Kebersamaan komunitas adalah aspek penting yang bisa menggerakkan kehidupan.

Eko Prawoto memang terkenal dengan penggunaan material setempat. Pada saat beliau berkunjung ke sebuah tempat di luar negeri –saya lupa negaranya-, beliau ditantang untuk membuat karya bebas, di site manapun. Sebelumnya beliau diajak berkeliling dahulu, dan Eko mendapati gundukan-gundukan jerami pada suatu tempat. Inspirasinya terbit. Jerami itu bisa dimanfaatkan. Maka, beliau menyusun jerami tersebut menjadi gapura. Dan uniknya, karya tersebut ditempatkan di site yang ‘kabur’, karena terletak di perbatasan desa dan kota. Menurut saya, itu lebih disebabkan karakter Eko yang begitu mengedepankan nilai-nilai komunitas masyarakat sendiri, sebagai pemersatu antara masyarakat desa dan kota.



***

Belajar banyak dari tradisi itu tidak salah karena tradisi adalah awal dari pencarian. Sikap terhadap alam, pemilihan material, juga cara bersikap terhadap masyarakat. Kita butuh sebuah awalan untuk mewujudkan sesuatu dan tradisi atau sejarah bisa menjadi pijakan untuk mengawalinya. Apalagi ditambah dengan realitas bahwa masyarakat sekarang bukan lagi masyarakat yang terisolasi dan tertutup.
Keterbukaan tersebut bisa menjadi sebuah perwujudan desain. Rumah yang menyatu dengan alam, seolah-olah rumah dan ruang luar tidak ada batasnya, merupakan salah satu bentuk sikap terhadap alam, kebijaksanaan desain. Terkait dengan hal tersebut, mungkin arsitek bisa banyak belajar dari arsitektur tradisional. Pada arsitektur tradisional, material masih sangat alami. Begitu pula dengan proses desain yang banyak dilakukan secara bergotong royong.

Hal lain yang bisa saya tangkap adalah kebebasan membentuk ruang. Desain tidak lagi terpatok pada di ruang A saya harus makan, di ruang B saya tidur, tetapi saya akan makan dan tidur di tempat manapun yang saya suka. Bisa jadi saya makan di ruang A, kadang di ruang B. Di sinilah fungsionalitas sebuah ruang diuji, semakin banyak kegiatan yang bisa dilakukan di tempat itu, semakin efisien dan berfungsi maksimal. Tetapi tetap, semua itu kembali kepada si empunya selaku penghuni dan pelaku kegiatan di dalamnya.

Karya arsitektur juga harus bisa membawa kemanfaatan bagi masyarakat, baik manfaat ekonomi maupun social. Contohnya dengan memanfaatkan segala potensi local dan meminimalisasi produk-produk fabrikasi. Banyak potensi lokal yang bisa dimanfaatkan, seperti tukang yang berasal dari lokal. Di samping menghemat pembiayaan, juga akan memberikan lapangan pekerjaan serta membantu kehidupan orang lain. Inilah yang dimaksud dengan kemanfaatan dari segi ekonomi. Begitu pula dengan material yang digunakan, material lokal jauh lebih murah disbanding material fabrikasi, dan tetap memberikan sentuhan estetika yang menarik, serta kontekstual dengan lingkungan.
Meski karyanya lebih banyak mengadopsi unsur lokal, alam, dan tradisional, beliau tidak lantas serta merta mengabaikan arsitektur-arsitektur kontemporer. Kedekatan dan berbincang dengan arsitek-arsitek kontemporer dapat memberikan wawasan agar desain tetap up to date namun tetap sustainable.




---kalau ada yang lain, sharing-nya yaah..:)

Gambar copas dari: architerian.net, meeftah.blogspot.com, arteallarte.org, qolbimuth.wordpress.com.

Senin, 19 April 2010

Budaya Jalan Pintas: Budaya Kita?


“Semua bunga di masa mendatang berasal dari benih masa kini.”
-Anonim-

Pendidikan adalah corong menuju masa depan. Pendidikan merupakan sebuah proses menuju kehidupan yang lebih baik. Sekarang ini, Indonesia dikenal sangat buruk dalam bidang pendidikan. Sumber Daya Manusia Indonesia sangat rendah kualitasnya. Banyak siswa yang justru terperosok ke jurang yang dalam dan kelam. Citra pendidikan Indonesia di mata masyarakat Indonesia sendiri maupun dunia telah tercoreng karena banyak permasalahan pendidikan yang belum mampu tertangani oleh pemerintah. Ditambah lagi, berbagai bencana yang akhir-akhir ini melanda berbagai wilayah di pelosok tanah air saat berlangsungnya musim ujian akhir menimbulkan berbagai kekecewaan di kalangan pelajar.
Redupnya cahaya bangsa ini dapat ditinjau dengan kurang konsistennya kinerja elemen pendidikan dalam membimbing tunas bangsa. Salah satu hal negatif yang telah membudaya selama berpuluh tahun di Indonesia adalah budaya jalan pintas semisal mencontek atau menjiplak pekerjaan orang lain. Sampai saat ini belum ada penanganan lebih lanjut yang dilakukan. Tak jarang ditemui ketika ulangan banyak siswa yang melirik ke kanan atau ke kiri kemudian ke depan maupun ke belakang. Mengapa hal itu dapat terjadi?
Cara belajar yang salah merupakan salah satu penyebab sesorang tidak mampu menyerap apa yang seharusnya ia dapatkan. Hal ini dapat terjadi salah satunya karena kurangnya pengetahuan mengenai kinerja otak kanan dan otak kiri. Otak terdiri atas belahan kanan dan belahan kiri. Jika otak kanan dan otak kiri dapat bekerja secara seimbang, tidak mustahil hasil yang diperoleh akan lebih baik. Tahun 1968 Dr. Roger Sperry pertama kali menemukan perbedaan fungsi otak yang berbeda antara belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Secara garis besar, fungsi yang dikendalikan oleh masing-masing belahan otak adalah otak kiri mengendalikan pikiran sadar, analisa-logika-rasional, dan bahasa. Sedangkan otak kanan mengendalikan pikiran bawah sadar, emosi, kreatif, dan intuitif.
Para ahli mengatakan bahwa manusia hanya menggunakan sekitar 3-5 % dari seluruh kemampuan otaknya karena sebagian besar kemampuan otak terkunci di dalam pikiran bawah sadar yang merupakan bagian dari otak kanan.
Otak kanan akan mengendalikan fungsi photographic memory, speed reading and listening, automatic mental processing, mass-memory, multiple language acquisition, computer-like math calculation, creativity in movement, music and art, dan intuitive insight.
Kemampuan menyimpan memori otak kanan benar-benar hebat (long term memory) sedangkan kemampuan menyimpan memori otak kiri terbatas (short term memory) sehingga sering memori itu hilang saat benar-benar diperlukan. Misalnya, saat belajar materi tersebut dapat dihafalkan namun saat ujian justru lupa sama sekali. Hal yang sama terjadi juga ketika kita bertemu teman lama, kita dapat mengingat wajahnya tetapi sering lupa namanya karena wajah (gambar) diproses oleh otak kanan sedangkan nama (bahasa) diproses oleh otak kiri.
Saat ini pendidikan formal di Indonesia cenderung memfokuskan pada penggunaan otak kiri. Hanya anak-anak yang masih duduk di playgroup dan Taman Kanak-kanak (TK) saja yang penggunaan otak kanannya masih dijalankan. Pada jenjang yang lebih tinggi anak-anak terpaksa menggunakan otak kiri untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar karena pelajaran lebih banyak ditekankan pada penalaran, berpikir logis, analisis, dan struktural. Dalam hal ini bukan berarti kemampuan otak kiri diabaikan. Hanya saja untuk bekerja lebih optimal perlu adanya keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri. Untuk memproses informasi secara efektif diperlukan kerja kedua belahan otak karena pada dasarnya kedua belahan otak ini akan saling melengkapi.
Penekanan otak kiri justru akan menciptakan tunas bangsa yang tidak kreatif karena otak kanan yang berfungsi dalam segi kreativitas tidak berkembang. Munculnya generasi penerus yang dapat menemukan hal-hal baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat terbatas. Tokoh terkenal dunia seperti Albert Einstein sangat menyenangi musik. Ia pernah berkata, “Imagination is more important than knowledge.” Imajinasi lebih penting daripada ilmu pengetahuan.
Menurut Gerald Edulman, seorang pemenang hadiah nobel, otak berkembang melalui proses seleksi. Bagian otak yang sering dipakai akan ‘hidup’ dan bagian yang tidak pernah dipakai akan ‘mati’.
Pemerintah Indonesia seharusnya mengembangkan sistem pendidikan dengan lebih baik. Dengan adanya kurikulum berbasis kompetensi ini kemampuan otak sedikit demi sedikit mulai berkembang walaupun banyak kendala yang harus dihadapi. Pendidikan dengan menerapkan prinsip belajar sambil bermain mungkin dapat dijadikan tolok ukur dalam pengembangan kurikulum pada masa yang akan datang.
Permasalahan pendidikan yang berkaitan dengan timbulnya budaya jalan pintas ini selayaknya diberikan perhatian lebih. Saat anak-anak mencontek sebenarnya banyak akibat yang timbul, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain saat ini maupun esok.
Pertama, anak terbiasa berpikir pendek. Jika ia nantinya menghadapi masalah di luar kelas, ia tidak dapat mengatasinya. Anak menjadi tidak mandiri karena selalu tergantung kepada orang lain. Padahal belum tentu saat ia menghadapi permasalahan di luar kelas orang lain mampu membantunya. Akhirnya hal ini akan membawa anak pada masalah lain yang lebih rumit misalnya lari dari tanggung jawab, terjun ke dunia narkoba, atau bergaul dengan orang yang berkarakter negatif.
Kedua, timbulnya iri hati antara anak yang satu dengan anak yang lain. Tidak semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk mencontek. Anak yang duduk di meja belakang cenderung memiliki kesempatan luas untuk mencontek. Berbeda dengan anak yang duduk di barisan depan sekaligus berada di depan pengawas. Kesempatan yang ada sangat kecil bahkan tidak ada. Hal ini akan menyebabkan timbulnya pertentangan diantara anak-anak. Anak yang tidak dapat mencontek cenderung membenci anak yang memiliki kesempatan luas mencontek. Artinya, tidak ada keadilan diantara anak-anak tersebut disebabkan karena kesempatan mencontek.
Ketiga, masa depan tidak dapat berjalan seperti sekarang. Jika saat mencontek anak selalu memperoleh nilai baik maka kemungkinan besar mereka akan kesulitan menjalani hidup. Nilai yang diperoleh tidak mencerminkan kecerdasan anak sesungguhnya sehingga hal itu hanyalah kebahagiaan sesaat saja.
Keempat, timbulnya rasa kurang percaya diri. Percaya diri adalah karakter yang tidak setiap orang memiliki. Sangat jarang orang yang memiliki rasa percaya diri kuat. Orang yang tidak percaya diri inilah yang kadang-kadang menyebabkan seseorang ‘membebek’ tingkah laku orang lain termasuk mencontek. Padahal menurut Richard Webster dalam bukunya Seven Secrets to Success dikatakan bahwa salah satu kunci kesuksesan adalah percaya diri yang kuat.
Kelima, terhambatnya pendidikan anak. Anak seharusnya telah menerima beberapa materi dalam jenjang pendidikan yang ditempuhnya. Namun karena ia menggantungkan diri pada contekan, ia tidak bersungguh-sungguh belajar. Materi itu pun lenyap dalam waktu singkat.
Keenam, anak akan mempunyai kebiasaan buruk yang nantinya dapat berkembang. Mencontek dapat menyebabkan berbohong, berbohong dapat mengakibatkan lari dari tanggung jawab dan seterusnya yang akhirnya akan merugikan orang lain.
Sesungguhnya permasalahan pendidikan dapat ditangani jika adanya kesungguhan segenap elemen pendidikan. Pendidikan dengan sistem yang menyenangkan adalah pendidikan dambaan siswa. Pendidikan yang menyenangkan adalah pendidikan dengan menyeimbangkan kemampuan belahan otak kanan dan otak kiri.
Satu hal yang masih salah kaprah di Indonesia yaitu anggapan bahwa anak pintar adalah anak yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi. Padahal sesungguhnya anak yang pintar adalah anak yang memiliki kreativitas tinggi. Anak yang memiliki pengetahuan yang tinggi cenderung menghafal sehingga otak kanannya tidak berfungsi baik. Namun anak dengan kreativitas tinggi akan dapat menciptakan serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah ada meskipun hal itu mustahil terjadi.
Penemu pesawat terbang, Wright bersaudara semula hanyalah berkhayal ingin terbang di angkasa. Orang-orang menganggap mereka aneh bahkan gila karena saat itu hal ini mustahil terjadi. Setelah melakukan percobaan dan penelitian berkali-kali tanpa putus asa akhirnya kita benar-benar bisa terbang di angkasa berkat jasa mereka. Mereka tidak mungkin berkhayal jika otak kanan mereka tidak berkembang. Mereka benar-benar orang yang kreatif.
Pendidikan di Indonesia membutuhkan perbaikan yang banyak. Kecurangan-kecurangan tersebut seharusnya dapat diatasi jika adanya sikap tegas setiap insan pendidik. Harapan untuk hidup lebih baik ada di tangan tunas-tunas bangsa namun untuk mencapai impian tersebut perjuangan para pendidik sangat dibutuhkan. Semoga bintang-bintang masa depan Indonesia akan bercahaya di masa mendatang.

Referensi:
• Arik S. Martono, Kupasan Psikologis Belahan Otak Kanan
• www.balitacerdas.com
• Ganesha Operation, Brosur Revolusi Belajar

*)ditulis pada kompetisi essay PP Aisyiyah tahun 2007

Minggu, 18 April 2010

Untuk Sahabat-Sahabatku part.2



kepada sahabat-sahabatku
aku masih tak bisa memercayai
bahwa kita telah bertahan hampir enam tahun
tiga tahun kebersamaan
hampir tiga tahun perpisahan
tak perlulah ada tangis air mata untuk kita
cukuplah air mata haru yang membasahi pipi-pipi kita

***

Kini ia sedang memutar memori tentang senja.
Satu per satu ia runut ke belakang detik senja yang pernah ia lalui.

Deg!
Ingatannya berhenti pada suatu senja, waktu itu.
Dua orang remaja berkerudung putih.
Duduk di bibir jalan raya.
Tatapannya lurus ke depan.

Aih, apa yang mereka perbincangkan?

Samar dari bibir itu terucap kata sahabat.
“Sahabat? Apakah sahabat itu, kawan?”

“Mereka yang selalu ada di samping kita setiap saat?”
“Mereka yang selalu seia sekata dalam berbagai hal?”
“Mereka yang memiliki mimpi-mimpi yang sama?”

“Bukan, bukan itu sahabat.”
“Lalu?”
“Hmmm...apakah kita adalah sahabat?”

Bibir terkatup seketika.
Keduanya mematung, terhenyak, tertegun,
dengan perkataan tadi.

Andai ku bisa ikut berbincang dengan kalian.
Aku hanya ingin bilang, “Sahabat itu saling mengingatkan. Sahabat itu saling memahami. Sahabat itu adalah ketika hati-hati tetap terikat meski raga-raga terpisah jarak.”

***

Sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati ini telah berpadu,
Berhimpun dalam naungan cintaMu,
Bertemu dalam ketaatan,
Bersatu dalam perjuangan,
Menegakkan syariat dalam kehidupan,
Kuatkanlah ikatannya,
Rekatkanlah cintanya,
Tunjukilah jalan-jalannya,
Terangilah dengan cahyaMu yang tiada pernah padam,
Ya Rabbi bimbinglah kami.

Rapatkanlah dada kami dengan karunia iman,
Dan indahnya tawakal padaMu,
Hidupkan dengan ma’rifatMu,
Matikan dalam syahid di jalanMu
Engkaulah pelindung dan pembela.

Solo, 24 Maret 2010
05:53pm
pada suatu senja
sebelum maghrib tiba
mengingat kembali tepian Sultan Agung senja itu.
aku kangeeeeeeeeeeen momen itu!
aku kangen komunitas-komunitas di ranah yang berhati nyaman itu.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
COUNTINGDOWN untuk GGers: H-9
KOSONGKAN HARI ITU, KITA KUMPUL-KUMPUL ASYIK LAGI. :D
PHOTO2, MAKAN2, SHARING2, KONYOL2AN.

Untuk Sahabat-Sahabatku part.1



Setiap orang berhak atas kata sahabat.

*)untuk sahabat-sahabatku yang terperangkap dalam janji GG

Asa, aku merindukan sahabat-sahabatku.
Mereka yang telah menggoreskan tinta-tinta di lembar-lembar
catatan harianku.

***

Aku dan kau pernah bersama, sahabat.
Kita pernah menguntai cerita pada diamnya bangku-bangku
di gedung tua itu.
Pada lorong-lorong gelapnya kita bawakan lilin
yang menerangi meski sedikit
karena hanya itu yang kita baru bisa lakukan
Aku puas menatap wajahmu dalam keremangan itu.

Tapi seiring langkah yang seia sekata.
Aku tak mau lagi sekedar menatap wajahmu dalam remang.
Sepasang mata bolaku menginginkan lebih.
Aku tak puas!
Aku ingin menggenggam tanganmu.
Aku ingin merangkul pundakmu.
Aku ingin kita selalu bersama.
Membagi tawa dan tangis sama rata.
Karena kita telah mengikrarkan diri menjadi: SAHABAT

Sahabat untuk selamanya.
Tak peduli aral yang melintang.
Tapi kita bisa apa?
Kita hanya manusia yang menghambakan diri pada Sang Pencipta
yang telah berbaik hati mempertemukan kita

Lalu...
Tiga tahun berlalu.
Bola-bola waktu bergulir.
Mengalirkan mimpi dan cita-cita kita masing-masing
pada muara-muara yang berbeda.
Kita melewati sungai yang berbeda.
Tapi kita tetap satu tujuan bukan?
Menuju laut.

Di sana kelak kita kan bertemu lagi, sahabat.
Semoga.
Pada dunia yang lebih nyata.
Masih ingatkah kau tentang apotik dan sekolah yang bertenaga nuklir?
Apakah denyut kata itu masih ada?
Kita akan bersama berjuang untuk lebih dari itu.
Kita masih akan saling menguatkan.
Kita tetap masih ada karena kita ada.

Kuurai lagi memori-memori tentang kita.
Senandung-senandung berwarna Ungu milik sang Radja pada Tujuh Sela
Atasan putih abu-abu dengan sepatu pantovel
Kita berjalan bangga, tapi tak perlu busungkan dada.

Pada rumus-rumus parabola dan integral
aku telah lupa itu
Pada anatomi tubuh dan spesies-spesies
aku telah mengingatnya di luar benak
Pada ramuan-ramuan asam klorida
aku tak lagi menemui mereka
Tapi pada kata kita
(Inginku) aku akan selalu ada

Sahabat,
Terima kasih untuk enam tahun yang telah kita jalani
Tiga tahun kebersamaan itu telah membawa kita
berpisah waktu dan jarak selama tiga tahun pula
Di selanya kita masih sempat berjabat tangan meski sedetik.
Bahagiaku masih ada hingga kini.

Sahabat,
Terima kasih untuk semua kata yang telah kau ajarkan kepadaku.
Tentang makna sahabat, teman, keluarga.
Tentang hakikat hidup dan perjuangan.
Tentang arti cinta dan kasih sayang.

Terima kasih dan maaf untuk segalanya.

Padang hijau itu masih menanti kita.

Hari itu akan segera tiba.
Dan mungkin kita tak akan bertemu lagi.
Tapi hati-hati kita masih tetap bergenggaman erat bukan?

Solo, 22 Maret 2010
betapa indahnya ukhuwah ini
novelnya masih di ujung jalan,
cerpennya masih di setengah perjalanan,
dan hanya kata ini yang kini mampu kupersembahkan. :)